Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengungkapkan jika saat ini negaranya dalam keadaan di titik terendah, bahkan kekurangan makan, bahan bakar serta listrik selama berbulan-bulan.
Kepada parlemen, Ranil mengatakan jika negaranya telah menghadapi masalah yang serius bahkan tidak dapat membeli bahan bakar impor karena hutang besar yang berasal dari perusahaan minyaknya.
5. Warga demo di jalanan akibat harga melambung tinggi
Sri Lanka gagal membayar bunga hutang pada 2022, sehingga merusak kepercayaan investor. Ini membuat Sri Lanka lebih sulit meminjam uang di pasar internasional dan mengancam nilai mata uangnya.
Berbulan-bulan Sri Lanka kekurangan mata uang asing untuk membeli semua yang dibutuhkannya dari luar negeri sehingga mereka kekurangan bahan makanan dan bahan bakar yang menyebabkan harga melambung tinggi.
Adanya pemadaman listrik dan kurangnya obat-obatan telah membawa sistem kesehatan Sri Lanka ke ambang kehancuran.
Sejak April 2022, banyak warga Sri Lanka melakukan prtes di jalan-jalan ibukota Sri Lanka, Kolombo hingga menyebar ke seluruh pulau.
Pemerintah justru menyalahkan pandemi Covid yang mempengaruhi perdagangan turis di Sri Lanka. Karena pendapatan uang asing terbesar Sri Lanka dari sektor pariwisata.
Kontributor : Damayanti Kahyangan
Baca Juga: Dibebani Utang Menggunung, Ekonomi Sri Lanka Ambruk Total