Suara.com - Fenomena gajah Sumatera masuk perkebungan warga untuk cari makan dikarenakan banyak alih fungsi lahan. Hal itu dikatakan Koordinator Umum Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (FOKSI) Tony Sumampau.
Banyaknya hutan berubah fungsi menjadi perkebunan dan permukiman berdampak pada kawasan habitat bagi satwa gajah sumatera menjelajah sehingga untuk mencari pakan sangat terbatas.
"Sehingga sering sekali gajah harus memasuki perkebunan masyarakat untuk mendapatkan pakan," kata Tony.
Belakangan sering terjadinya kawanan gajah liar yang merusak perkebunan dan rumah warga.
Tony melihat kondisi perubahan fungsi hutan dimaksud adalah salah satu faktor yang membuat satwa endemik itu kesulitan mendapatkan pakan di habitat alamnya.
"Jika ada kondisi seperti itu, dengan demikian konflik antara gajah dengan manusia tidak dapat dihindari," katanya.
Pada awal Juli 2022, kawanan gajah liar dilaporkan merusak rumah dan perkebunan warga di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.
Tony Sumampau, yang juga Sekjen Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) itu mengemukakan bahwa kelompok gajah sumatera umumnya terdiri atas 8-15 ekor gajah.
Satwa gajah dipimpin oleh gajah betina yang tua, beberapa ekor jantan sisanya gajah betina dan anak-anak gajah sampai remaja.
Gajah remaja jantan yang menjelang dewasa akan diusir dari kelompoknya untuk menghindari perkawinan sesama keluarga di satu kelompok.