Tanpa adanya pencabutan sanksi dari negara-negara Barat, kemitraan strategis Iran dengan Rusia telah menjadi salah satu penopang kelangsungan hidup negara ini.
"Iran merupakan pusat diplomasi dinamis saat ini," tulis Menlu Iran Hossein Amirabdollahian dalam postingan di Twitter.
Ia menyebut pertemuan ketiga negara di Teheren itu akan mengembangkan kerjasama ekonomi, fokus pada keamanan kawasan dan memastikan ketahanan pangan.
Fadahossein Maleki, anggota komite keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Iran, menggambarkan Rusia sebagai "mitra paling strategis" dari Iran meskipun terjadi permusuhan bertahun-tahun di antara keduanya.
Pemerintah AS telah menuding pejabat Rusia mengunjungi lapangan terbang di Iran setidaknya dua kali untuk memantau pesawat tak berawak dengan kemampuan senjata yang dikembangkan oleh Teheran.
Presiden Putin mengatakan Rusia dan Iran telah berusaha memperkuat kerjasama dalam keamanan internasional dan menawarkan dukungan kepada Teheran dalam negosiasi nuklir yang menemui jalan buntu.
Presiden Erdogan fokus pada upaya Turki mendorong mundur kelompok perlawanan Kurdi di Suriah yang didukung oleh AS dari perbatasannya. Upaya ini merupakan bagian dari rencana Presiden Erdogan untuk menciptakan zona aman di sepanjang perbatasan Turki-Suriah.
Dia mengatakan Turki bertekad untuk mengusir pusat-pusat kejahatan yang menargetkan keamanan Turki.
"Bantuan terbesar yang akan diberikan kepada rakyat Suriah adalah penghapusan menyeluruh organisasi teroris separatis dari wilayah yang didudukinya," tegas Presiden Erdogan.
Baca Juga: Potensi Krisis Pangan Akibat Shifting Pola Konsumsi Dampak Gejolak Ukraina Perlu Diwaspadai
Dalam pernyataan bersama, ketiga presiden menegaskan mereka menolak semua upaya untuk menciptakan realitas baru di lapangan dengan dalih memerangi terorisme serta bertekad menentang agenda separatisme.
Realitas baru yang dimaksudkan termasuk upaya-upaya kelompok separatis membentuk pemerintahan sendiri yang tidak sah.
Namun, Pemimpin Iran Ali Khamenei dalam pertemuan dengan Presiden Erdogan dengan tegas memperingatkan rencana serangan Turki.
"Setiap jenis serangan militer di Suriah utara pasti akan merugikan Turki, Suriah dan seluruh wilayah lainnya, dan hanya akan menguntungkan teroris," katanya.
Masalah kemanusiaan di Suriah juga menjadi fokus pembicaraan sejak Rusia memveto pengiriman bantuan kepada 4,1 juta penduduk di wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak, sehingga bantuan itu terhenti setelah enam bulan.
Ketiga negara juga mendesak pengusiran pasukan Amerika dari seluruh wilayah Suriah.