Suara.com - Sebanyak 80 jemaah umrah sebagai bagian dari program sosial berkelanjutan berbasis investasi syariah diberangkatkan Reksa Dana Haji Syariah (I-Hajj Syariah Fund).
Program sejak diluncurkan pada 2005 ini telah memberangkatkan lebih dari 1.000 jemaah dari berbagai latar belakang sosial, termasuk masyarakat dari daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta warga prasejahtera yang memiliki kontribusi sosial di lingkungan mereka.
Direktur PT Insight Investments Management (IIM), Camar Remoa, dalam keterangan tertulisnya, Kamis, menyatakan bahwa program ini merupakan implementasi dari prinsip investasi berdampak (impact investing), yang menghubungkan pertumbuhan aset keuangan dengan manfaat sosial dan spiritual secara nyata.
“Kami kembali diberi kesempatan untuk memberangkatkan jemaah umrah melalui program sosial yang terintegrasi dengan I-Hajj Syariah Fund. Harapannya, para jemaah dapat menunaikan ibadah dengan khusyuk dan semakin semangat berbuat kebaikan di lingkungannya,” ujar Camar dilansir dari Antara.
Reksa Dana Haji Syariah dinilai sebagai produk investasi yang tidak hanya menawarkan potensi imbal hasil, namun juga memberikan akses ibadah kepada individu yang layak mendapatkan apresiasi, seperti relawan, pendidik, tokoh masyarakat, dan mereka yang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Program ini secara konsisten menyasar masyarakat dari kelompok rentan, termasuk guru honorer, pendamping desa, dan relawan yang berkontribusi di wilayah terpencil. Salah satunya adalah Salmin Danopa, pendamping desa dari Loloda Kepulauan, Halmahera Utara, serta Martabatul Ngaliyah, guru honorer dari Muna Barat, Sulawesi Tenggara.
Di sisi performa, I-Hajj Syariah Fund mencatat kinerja yang stabil dengan return kumulatif lebih dari 420 persen sejak diluncurkan, jauh melampaui benchmark yang berkisar 151 persen. Kepercayaan investor terhadap produk ini pun terus tumbuh seiring meningkatnya minat terhadap instrumen investasi halal dan berdampak sosial.
“Tren pertumbuhan nilai investasi yang stabil menunjukkan bahwa produk ini dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan pendekatan jangka panjang. Kinerja historis yang kuat ini memungkinkan program sosial tetap berkelanjutan setiap tahunnya,” kata Camar.
Menurutnya, keunggulan produk ini juga terletak pada kemampuannya mendorong inklusi keuangan syariah dan literasi investasi di tengah masyarakat, termasuk di kalangan prasejahtera.
Baca Juga: Investasi Emas Makin Mudah! BSI Ungkap Keuntungan Bullion Bank untuk Masyarakat
Di tengah perlambatan ekonomi nasional yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 4,87 persen pada kuartal I 2025, investasi berbasis pendapatan tetap seperti I-Hajj Syariah Fund dianggap sebagai opsi strategis.
Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia menjadi 5,25 persen pada 16 Juli 2025 turut memberikan katalis positif bagi kinerja obligasi syariah, yang menjadi instrumen utama dalam portofolio I-Hajj Syariah Fund.
“Dengan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, masyarakat memerlukan instrumen investasi yang aman, stabil, dan berdampak. I-Hajj Syariah Fund hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut,” pungkas Camar.