Ketimpangan Gender Makin Melebar di Dunia, Lebih Banyak Perempuan yang Kelaparan Dibanding Pria

SiswantoABC Suara.Com
Kamis, 04 Agustus 2022 | 18:39 WIB
Ketimpangan Gender Makin Melebar di Dunia, Lebih Banyak Perempuan yang Kelaparan Dibanding Pria
Ilustrasi pertanian (pixabay)

Suara.com - CARE Internasional meluncurkan laporan terbaru yang menyebutkan bahwa dibanding tahun 2018, kini perempuan delapan kali lebih banyak mengalami kekurangan pangan dibanding laki-laki atau 150 juta lebih banyak.

Berbagai faktor seperti pandemi, perubahan cuaca, serta perang di Ukraina menjadi penyebab kekurangan pasokan makanan di dunia yang mempengaruhi banyak orang.

Seiring dengan kenaikan harga pokok bahan makanan di seluruh dunia, perempuan seperti Deeba dari Afghanistan semakin sulit mencukupi kebutuhan keluarganya.

"Saya adalah kepala rumah tangga besar. Saya seorang guru. Kami hidup dengan gaji sekitar Rp640 ribu sampai Rp800 ribu sebulan namun kami hidup dengan masalah besar," katanya kepada LSM Kemanusiaan,0 CARE Internasional.

Menurutnya harga kebutuhan pokok makanan seperti tepung, beras dan minyak sudah naik hampir dua kali lipat sehingga semakin tidak terjangkau baginya.

"Sebelumnya satu kantong tepung harganya sekitar Rp270 ribu sampai Rp280 ribu, sekarang harganya Rp400 ribu," katanya.

"Warga tidak bisa membeli tepung, beras dan minyak. Saya juga miskin dan saya tidak bisa membelinya.'

Sebuah laporan terbaru dari CARE Internasional yang dikeluarkan hari Kamis (04/08) menyebutkan, perempuan 150 juta lebih banyak mengalami ketidakamanan pangan dibandingkan pria pada tahun 2021.

Disebutkan bahwa ketimpangan antara pria dan wanita delapan kali lebih besar dibandingkan tahun 2018 di mana ketika itu hanya ada 18 juta perempuan yang kesulitan akses pangan dibandingkan pria.

Baca Juga: Jokowi Tegaskan Dunia Sedang Mengalami Kekurangan Pangan

Laporan itu didasarkan pada data yang ada dan kecenderungan global serta dibandingkan dengan data kesetaraan gender dan data keamanan pangan.

Direktur Eksekutif CARE Australia, Peter Walton, mengatakan situasi keamanan pangan yang memburuk ini disebabkan karena pandemi COVID-19, perubahan iklim dan perang di Ukraina.

Perang di Ukraina telah menyebabkan masalah pengiriman bahan makanan ke seluruh dunia.

Menurut Program Pangan Dunia, Rusia dan Ukraina menguasai 30 persen pasar ekspor gandum, dan 20 persen pasar ekspor tepung jagung.

Peter Walton mengatakan masalah kerawanan pangan tersebut konsisten di seluruh dunia, termasuk di Australia, di mana perempuan lebih rentan mengalami kelaparan dibandingkan pria.

"Secara khusus, ini lebih mengkhawatirkan untuk perempuan orangtua tunggal dan perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga," katanya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI