Fakta dan Kronologi Anggota PPSU Aniaya Pacar hingga Dipecat Anies Baswedan

Rabu, 10 Agustus 2022 | 20:29 WIB
Fakta dan Kronologi Anggota PPSU Aniaya Pacar hingga Dipecat Anies Baswedan
Anggota PPSU di kawasan Kemang aniaya pacarnya di pinggir jalan. Pelaku tendang hingga tabrak korban pakai motor. (Tangkapan layar/Instagram)

4. Sindrom Stockholm

Kasus penganiayaan anggota PPSU oleh kekasihnya, disebut-sebut masuk dalam kategori toxic relationship atau hubungan yang tidak sehat. Bahkan hubungan itu rentan mengalami sindrom stockholm.

Sindrom stockholm merupakan kondisi psikologis yang membuat seorang korban penganiayaan atau korban kekerasan seksual, tetap jatuh cinta dan terikat secara positif dengan pelakunya.

Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut kerap terjadi kepada para tahanan perang, anak korban pelecehan, korban kekerasan dalam rumah tangga hingga orang di lingkungan kerja.

Melansir dari Hello Sehat, alih-alih merasa masih cinta dan sayang, ternyata kondisi sindrom stockholm adalah reaksi psikologi yang ditandai rasa simpatik, kasih sayang yang muncul dari korban terhadap pelaku.

Mirisnya, sebagian besar kondisi ini dialami secara sadar atau tidak sadar oleh korban. Ditambah reaksi ini menunjukan perilaku atau sikap yang berlawanan dengan apa yang dirasakan atau apa yang harus mereka lakukan.

Mekanisme pertahanan diri ini dilakukan semata-mata dilakukan korban untuk melindungi dirinya sendiri dari ancaman, kejadian traumatis, konflik, serta berbagai perasaan negatif seperti stres, gelisah, takut, malu, atau marah.

Sehingga umumnya rasa takut akan berubah menjadi rasa iba, amarah akan berubah menjadi kasih sayang, dan kebencian akan berubah menjadi rasa solidaritas.

Tidak hanya itu, beberapa ahli menyebutkan bahwa tindakan-tindakan penyandera seperti memberi makan atau membiarkan korbannya tetap hidup justru diterjemahkan sebagai bentuk penyelamatan.

Gejala sindrom stockholm umumnya sangat khas, karena ini adalah suatu kelainan. Sehingga dimasukan dalam kategori toxic relationship atau hubungan yang tidak sehat.

Beberapa gejala sindrom stockholm cukup khas seperti sebagai berikut:

  • Memunculkan perasaan positif terhadap penculik, penyandera, atau pelaku kekerasan.
  • Berkembangnya perasaan negatif terhadap keluarga, kerabat, pihak berwenang, atau masyarakat yang berusaha untuk membebaskan atau menyelamatkan korban dari pelaku.
  • Memperlihatkan dukungan dan persetujuan terhadap kata-kata, tindakan, dan nilai-nilai yang dipercaya pelaku.
  • Ada perasaan positif yang muncul atau disampaikan secara terang-terangan oleh pelaku terhadap korban.
  • Korban secara sadar dan sukarela membantu pelaku, bahkan untuk melakukan tindak kejahatan sekali pun.
  • Tidak mau berpartisipasi maupun terlibat dalam usaha pembebasan atau penyelamatan korban dari pelaku.

Kontributor : Syifa Khoerunnisa

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI