Fahmi juga menyarankan agar pimpinan TNI dan para politisi di Kompleks Parlemen bisa menghentikan segala bentuk reaksi dan provokasi. Para pimpinan TNI, lanjut dia, harus mengendalikan para prajurit agar tidak impulsif.
Sedangkan, para politisi juga harus menahan diri tidak bergenit-genit dengan pernyataan yang bertendensi memicu politisasi TNI.
"Apakah emosi anggota bisa diredam? Mestinya bisa. Tinggal perintah stop. Masak nggak loyal perintah atasan?" tutur Fahmi.
Effendi WA Panglima dan KSAD
Effendi Simbolon memohon maaf atas ucapan TNI mirip gerombolan. Ia bahkan sudah menghubungi Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa secara langsung untuk menyampaikan permintaan maaf.
Effendi berujar bahwa Andika telah merespons komunikasi yang dibangun pada dua hari lalu melalui WhatsApp. Effendi juga sudah secara langsung menyambangi Andika untuk meminta maaf.
"Kemarin saya jam 12.00 ada di kantor beliau. Saya ingin poin menanyakan sikap-sikap dari TNI dan juga saya menyampaikan maaf saya. Saya mendahului dari yang difasilitasi oleh pak ketua saya dan panglima menyampaikan tidak jadi masalah," kata Effendi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu.
Pada waktu yang sama, Effendi turut menghubungi KSAD Jenderal Dudung Abdurachman untuk menyampaikan pemohonan maaf serupa. Tetapi diakui Effendi, Dudung belum merespons, setidaknya hingga Rabu siang.
"Ke Pak Dudung belum direspons. Saya sudah minta waktu, saya akan hadir sendiri. Saya bertanggung jawab apa yang saya sampaikan, saya bertanggung jawab apa yang menjadi sikap, dan itu pertanggungjawaban saya kepada Tuhan," kata Effendi.