Dr Walker-Munro mengatakan informasi yang sudah beredar di internet tersebut bisa digunakan untuk berpura-pura menjadi orang lain.
"Pada mereka bisa melakukan tindakan kriminal dan membuat orang yang identitasnya digunakan dan tidak bersalah, tapi malah mereka yang harus bertanggung jawab," katanya.
"Insiden ini sudah membuat khawatir salah satu badan intelijen utama di Australia."
"Karena beredarnya data tersebut memiliki dampak bagi keamanan nasional."
Mereka yang menjadi korban kebocoran data telah diminta untuk waspada dan mengecek adanya email, SMS, telepon, atau pesan di sosial media yang mencurigakan.
Lembaga yang memonitor penipuan online di Australia, 'Scamwatch' juga mendesak warga untuk mengganti 'password' mereka dan mengaktifkan fitur 'multi-factor authentication' untuk kegiatan perbankan online.
Antrian panjang untuk mengganti SIM
Di Australia tidak ada sistem seperti KTP yang berlaku di Indonesia, sehingga Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah salah satu dokumen utama untuk membuktikan identitas.
Dengan adanya risiko data-data pribadi dibocorkan, warga di negara bagian New South Wales mulai berusaha mengganti SIM mereka.
Hari Rabu (28/09), antrean panjang warga yang ingin mengganti SIM sudah terlihat di sejumlah kantor Service NSW, lembaga yang mengurus urusan dokumen lalu lintas.
Baca Juga: Marak Data Pribadi Bocor, Pakar: Pengelola Cuma Malu, Pemilik Data Babak Belur
Bridget Kennedy, salah satunya, mengaku sudah mengantre di kantor Service NSW cabang Chatswood Sydney sejak pagi.