"Karena kami tahu kemampuan keluarga kami gimana gitu kan. Saya telepon Pelopor News, terus dimasukkan ke YouTube cuma ada kurasa cuma 2 jam berita itu," jelas Rohani.
"Lalu ditutup sudah tuh datang dari Pelopor News nelepon saya jam 2 malam. Ngomong kayak gini pak "Ibu seandainya nanti ada polisi yang nelepon ibu, tolong ibu bilang kami nonton YouTube dari Pelopor News". Karena waktu itu sudah saya langsung bagi-bagikan YouTube tadi," lanjutnya menambahkan.
Rohani mengungkapkan bahwa dia membagikan video YouTube tersebut ke banyak orang. Hal itu dengan tujuan supaya seluruh masyarakat tahu bahwa ada kejanggalan dari kematian Brigadir J.
Ketika pemakaman Brigadir J, salah satu media yakni Tribun Jambi mewawancarai keluarga. Lalu pada hari yang sama, berita kematian Brigadir J itu sudah muncul dan tayang di televisi.
Sikap Rohani Simanjuntak soal keberaniannya memanggil media untuk kasus Brigadir J ditanggapi oleh Hakim Ketua.
"Ibu yang memanggil dair Pelopor News. Itulah kalau tidak dimuat oleh Pelopor News dan Tribun, maka kasus ini tidak akan pernah terungkap," tutur Hakim Ketua ke Rohani.
Rohani pun menjawab bahwasanya tindakan itu dilakukan menyangkut kemampuan keluarga Brigadir J.
"Karena kami tidak ada kemampuan pak, kami nggak ada biaya juga. Jadi, kami berpikir ke sana larinya (media). Sama siapa kami ngadu, karena kekuatan kami. Kami sudah tahu keberadaan keluarga kami dengan pak Ferdy Sambo yang kami nggak sanggup melawan Jenderal," pungkasnya.