“Karena panik saya pulang mengambil mobil di rumah, saya sempat mampir masjid mengumumkan lewat toa agar warga membantu mengevakuasi,” katanya.
Warga sebelumnya sudah mengingatkan
Menurut Jumiran, warga sekitar sekolah sebenarnya sudah khawatir dengan melihat kondisi atap dan bangunan tersebut.
Menurut dia, meski temboknya kokoh, namun atap sekolah tidak standar. Sebab atap tersebut menggunakan baja ringan, tapi gentingnya menggunakan genteng press.
“Pemasangannya baja ringannya itu tidak rapat, jaraknya bisa satu meter dan atapnya pakai genting press,” katanya.
Sementara itu, Kapolsek Playen, AKP Hajar Wahyudi mengatakan, dalam persitiwa itu ada tiga ruangan yang atapnya roboh.
Dari tiga ruangan tersebut, hanya satu ruangan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Dan akibat peristiwa itu, 11 siswa terluka dan satu orang siswa meninggal dunia di RSUD Wonosari.
Kontributor : Damayanti Kahyangan