Sebagai Piala Dunia pertama yang diadakan di Timur Tengah, tidak diragukan lagi momen ini merupakan peristiwa bersejarah. Meski demikian, kontroversi juga menyelimuti tuan rumah.
Mulai dari kematian pekerja migran dan kondisi yang dialami banyak negara saat Qatar mempersiapkan turnamen tersebut, khususnya bagi kaum LGBTQ dan hak-hak perempuan.
Sebagai informasi, homoseksualitas di Qatar adalah ilegal dan dapat dihukum hingga tiga tahun penjara.
Sebuah laporan dari Human Rights Watch, yang diterbitkan bulan lalu, mendokumentasikan kasus-kasus pada bulan September tentang pasukan keamanan Qatar yang sewenang-wenang menangkap orang-orang LGBT dan menjadikan mereka “perlakuan buruk dalam penahanan.”
Berbicara kepada CNN, Minden mengatakan dia tidak akan pergi ke Qatar dan tidak akan menonton kompetisi tersebut di televisi.
“Ketika kami berbicara tentang situasi hak LGBTQ+, yang kami maksud bukan hanya turis sepak bola, tetapi juga situasi sebelum dan terutama setelah Piala Dunia,” ucap Minden..
Setelah konferensi, Minden mengatakan dia berbicara secara pribadi dengan duta besar Qatar, di mana pihak Qatar telah mentatakan bahwa semua orang diterima di negaranya untuk menyaksikan Piala Dunia 2022.
Walau sudah mendapatkan janji dari pihak Qatar, namun Minden menyatakan bahwa "itu tidak aman dan tidak benar."