Karena perusahaan itu masih baru, Rian merasakan bagaimana sulitnya mencari penumpang, hingga ia harus turun langsung menawarkan tiket kepada calon penumpang di terminal.
“Jadi melalui pendekatan persuasif ini kita jadi paham apa yang sebenernya diinginkan serta dibutuhkan para penumpang bus,” ujarnya dalam obrolan di channel Coach Yudi Candra di YouTube dikutip Kamis (30/12/2021).
Kerasnya persaingan perusahaan transportasi
Dalam menjalankan usahanya, PO Haryanto bersaing untuk merebut hati penumpang dengan sejumlah PO bus lainnya yang lebih besar dan sudah terlebih dahulu beroperasi.
Tak sedikit pula PO bus tersebut memiliki jumlah armada yang banyak dan lebih bagus. Sementara armada yang dimiliki PO Haryanto hanya bus bekas dengan kelas non-AC. Karena itulah, menurut Rian, PO Haryanto kerap dicibir sebagai bus kandang ayam.
Selain menghadapi kerasnya persaingan dengan sesama PO bus, Rian juga kerap berhadapan dengan preman terminal. Namun segala hambatan tersebut malah menjadikan mentalnya lebih kuat dan menjadi bekal dalam mengelola bisnis transportasi.
Rian hadapi pasang surut PO Haryanto
Pada 2006, usaha PO Haryanti meredup dan menurun dari biasanya. Dalam kondisi itu Rian tetap komitmen dalam membantu sang ayah.
Hingga akhirnya keadaan perlahan berbalik dan PO Haryanto lebih berkembang pesat di kemudian hari hingga memiliki ratisan armada.
Baca Juga: Rian Mahendra Akui Ikhlas Dipecat dari PO Haryanto, Minta Warganet Tak Ikut Campur
“Saat ini sudah ada 300 unit dan PO Haryanto sudah men-cover trayek ke Madura, Solo, Wonogiri, Jogja, Kudus, Pati, Jepara sampai Bojonegoro dan di jalur-jalur Pantura seperti Pekalongan, Tegal dan Pemalang,” ujarnya.