Hal tersebut dikarenakan selama ini Yusril kerap kali berada dalam posisi yang berlawanan dengan Presiden Jokowi. Posisi berlawanan tersebut semakin memanas semenjak Yusril membela Prabowo dalam Pilpres 2014 silam.
Yusril Ihza Mahendra sendiri merupakan seorang pakar hukum tata negara yang juga seorang politisi kondang. Namun, di balik kesuksesannya sebagai seorang politisi tersebut, ia mengungkap bahwa dalam politik terdapat banyak hal yang tidak bisa diduga dan juga kadang sangat kejam.
Yusril mengatakan, dalam batas tertentu politik juga tidak bicara mengenai balas budi, bisa jadi ada pihak-pihak yang semula menjadi kawan seiring telah banyak berjuang tetapi kemudian ditinggalkan dan dilupakan begitu saja.
Setelah MK menolak gugatan Prabowo yang didukung oleh Dahnil, apa yang disampaikan oleh Yusril tersebut benar saja terjadi. Jokowi sebagai presiden pada saat itu merangkul Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
Kisah Yusril pada tahun 1999
Pada masa itu, MPR menolak pertanggungjawaban Presiden BJ Habibie. Yusril pun pernah menjadi calon presiden yang diajukan oleh PBB. Namun kemudian oleh kelompok Poros Tengah yang ditunggangi oleh Amien Rais, ia diminta untuk mundur.
Hal tersebut dilakukan agar bisa memuluskan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berhadapan dengan Megawati pada saat itu.
Singkat cerita, Gus Dur pun mampu mengalahkan Megawati dan terpilih menjadi presiden. Yusril pun kemudian dipilih menjadi menteri, tetapi baru beberapa waktu kemudian dicopot.
Kemudian, setelah lima tahun , PBB menjadi partai pengusung pencalonan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla sebagai capres dan cawapres. Dukungan itu mampu memberikan warna adanya dukungan kelompok Islam terhadap duet tersebut.
Baca Juga: Habiskan Rp 639 Miliar, Jokowi Pimpin Topping Off Multifunction Stadium GBK
Tidak hanya Partai Demokrat dan PBB, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang pada saat itu dipimpin oleh mantan Menhankam Jenderal (Purn) Edi Sudrajat.