Setelah meraih gelar sarjana dalam politik dan hubungan masyarakat, Jacinda Ardern bekerja sebagai peneliti kebijakan politik untuk anggota parlemen lain dari partainya. Pekerjaannya inilah yang membuatnya mendapatkan posisi sebagai staff dari Perdana Menteri yang menjabat saat itu, Helen Clark, wanita kedua yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Selandia Baru.
Kemudian pada awal 2008, Jacinda Ardern terpilih sebagai Presiden untuk Serikat Pemuda Sosialis Internasional, peran yang membuatnya menghabiskan waktu di beberapa negara, termasuk Yordania, Israel, Aljazair, dan Cina.
Terobosan Jacinda Ardern
Pada tahun 2018, Jacinda Ardern menjadi perdana menteri Selandia Baru pertama yang ikut dalam pawai kebanggaan. Jacinda Ardern mendukung liberalisasi hukum aborsi dengan menghapus aborsi dari Crimes Act 1961.
Kemudian pada Maret 2020, dirinya setuju dengan Abortion Legislation Act 2020 yang mengubah undang-undang untuk mendekriminalisasi aborsi.
Jacinda Ardern juga telah menyuarakan dukungan untuk solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Dirinya mengutuk kematian warga Palestina selama protes di perbatasan Gaza.
Selama pandemi coronavirus 2019-2020, tepatnya pada 16 April 2020, dirinya dipuji atas tindakannya yang cepat dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Selandia Baru.
Mundur dari Jabatannya Karena Akan Menikah
Ternyata, mundurnya Jacinda Ardern dari jabatan PM Selandia Baru karena ada hal yang telah direncanakannya, yaitu keinginannya untuk menikah.
Saat memberikan pengumuman bahwa dirinya mengundurkan diri, tunangan Jacinda, Clarke Gayford, duduk di barisan depan. Jacinda pun melakukan hal yang mengejutkan, yaitu langsung mengajaknya menikah.