Mengenal Apa Itu Nyadran, Tradisi Menjelang Bulan Ramadhan Masyarakat Jawa

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 02 Februari 2023 | 13:33 WIB
Mengenal Apa Itu Nyadran, Tradisi Menjelang Bulan Ramadhan Masyarakat Jawa
apa itu Nyadran - Ilustrasi warga Jogja. (Pixabay/masbebet)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjelang bulan Ramadhan, beberapa wilayah di pulau Jawa masih sering melakukan tradisi Nyadran, termasuk di kota Jogja. Lalu apa itu Nyadran dan bagaimana warga Jogja memaknainya?

Merangkum situs resmi pemerintah Jogja, Nyadran adalah salah satu tradisi yang masih melekat dan menjadi identitas warga Jogja. Kata Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu 'Sraddha' yang memiliki arti keyakinan. 

Tradisi Nyadran awalnya berasal dari budaya mendoakan orang yang sudah meninggal namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini mengalami perkembangan budaya yang memuat berbagai seni budaya. 

Karena dilakukan pada bulan Ruwah atau bulan ke 8 dalam penanggalan Jawa, orang Jawa juga menyebut Nyadran dengan nama Ruwahan di mana tradisi ini merupakan akulturasi anatara budaya jawa dengan agama Islam.

Menurut Yanu Endar Prasetyo, Nyadran atau Sadranan dilakukan untuk mengekspresikan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan cara mengunjungi makam leluhur. 

Tujuan Nyadran adalah sebagai sarana untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal dan mengingatkan kita bahwa manusia pada akhirnya juga akan mengalami kematian.

Seiring berkembangnya budaya Nyadran, tradisi ini juga dijadikan sebagai sarana melestrikan budaya gotong royong karena bisa menjaga keharmonisan antar warga utamanya dalam kegiatan kembul bujono atau makan bersama.

Berbagai Kegiatan dalam Tradisi Nyadran

  • Melakukan besik, yaitu membersihkan makam leluhur dari rumput liar yang tumbuh di sekitar makam. 
  • Kirab, yaitu arak-arakan peserta Nyadran yang dilakukan ketika menuju tempat Nyadran dilangsungkan.
  • Ujub, yaitu menyampaikan maksud (ujub) dari Pemangku Adat dalam rangkaian upacara Nyadran.
  • Doa, yaitu kegiatan doa bersama yang dipimpin oleh Pemangku Adat dan ditujukan pada roh leluhur yang sudah meninggal.
  • Kembul Bujono dan Tasyukuran, yaitu kegiatan setelah melakukan doa bersama. Bentuk acara ini adalah makan bersama dan setiap keluarga yang mengikuti kenduri atau Kembul Bujono harus membawa makanannya sendiri.

Umumnya makanan yang dibawa berupa makanan tradisional seperti ayam ingkung, urap sayur dengan lauk sambal goreng ati, prekedel, tempe dan tahu bacem. 

Baca Juga: Bulan Puasa Tinggal Menghitung Hari, Ini Bacaan Doa Awal Ramadhan

Setelah masyarakat berkumpul dan membawa kendurinya masing-masing, makanan lalu dibawa diletakkan di depan untuk didoakan agar mendapat berkah dan kemudian warga akan saling menukar makanan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI