Pemerintah turut menempatkan lebih dari 1 juta guru Inpres. Pembangunan SD Inpres menyebabkan didirikannya Sekolah Dasar Pendidikan Guru (SPG).
SPG itu kemudian dibubarkan pada 1989 dan orang-orang beralih ke Sekolah Menengah Atas (SMA). SD Inpres lalu harus berjuang di tengah minat belajar di sekolah dari misionaris dan pesantren.
Pembangunan sekolah itu juga berlangsung bersamaan dengan Pembangunan Lima Tahun (Pelita) Tahap II dan III. Pembangunan itu menjadi kondisi awal pembangunan sistem pendidikan Indonesia oleh rezim Orde Baru.
Pemerintah turut mengatur terkait seragam, materi pembelajaran, dan perilaku pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1974, pembangunan ini membuat sekitar 1000 anak usia 2 hingga 6 tahun menerima pendidikan.
SD Inpres mendorong masyarakat segera menyelesaikan pendidikan dasar, menurunkan kondisi buta aksara, naiknya upah, dan perekonomian negara pun pulih. Dampak pengembalian ekonomi karena sekolah tersebut sekitar 6.8 hingga 10,6 persen.
Upah masyarakat meningkat sebanyak 1,5 hingga 2,7 persen. Pada 1990, masyarakat yang buta aksara turun hingga 15,8 persen karena hadirnya SD Inpres.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma