Hingga pada akhirnya, kelompok yang dipimpin oleh seorang pria bernama Takmad ini berubah nama menjadi Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu pada tahun 2000.
Tak rampung di situ, pada tahun 2016 kelompok ini kembali berganti nama menjadi Suku Dayak Jawa Adat Petani Bumi Segandu Indramayu. Meski begitu, Wardi mengatakan nama Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu sudah terlanjur melekat.
Salah satu alasan penggantian nama di tahun 2016, karena mayoritas anggota Suku Dayak Indramayu berprofesi sebagai petani. Selain itu, ada nilai tersendiri yang dipercayai atas pergantian nama itu.
"Bisa nggak kita itu jadi orang tua kayak tanaman padi? Semakin tua semakin kuning, hati-hati bersih dalam artinya".
Dalam pengelompokan Suku Dayak Indramayu sendiri dibagi atas tiga golongan, yakni Dayak Alami, Dayak Preman dan Dayak Seragam.
Dayak Alami menjadi kelompok yang paling gampang dikenali lewat tampilan mencolok seperti bertelanjang dada, bercelana hitam putih serta menggunakan kalung dan gelang.
Sementara Dayak Seragam merupakan anggota kelompok Dayak Indramayu yang menggunakan celana berwarna hitam-putih namun menggunakan atasan berwarna hitam yang mirip dengan atasan perguruan silat.
Sedangkan Dayak Preman, tidak tampak bedanya dengan warga Desa Krimun lainnya. Anggota kelompok ini menggunakan kaos maupun baju berwarna.
Mayoritas anggota Dayak Alami berprofesi sebagai petani. Mereka hanya memakan tumbuhan dan tidak memakan hewan. Pantangan memakan hewan itu menjadi kepercayaan bagi Dayak Alami untuk membersihkan tubuh.
Baca Juga: Menyisir Jejak Leluhur dan Jati Diri di Hindu Mangir
"Motor dan mobil nggak ganti oli sampai satu bulan aja kotor, apalagi tubuh manusia yang berpuluh tahun," tutur Wardi.
Sementara Dayak Seragam dan Dayak Preman mengonsumsi makanan seperti halnya masyarakat pada umumnya.
Pembedaan anggota kelompok Dayak Indramayu bukan merupakan sistem kasta seperti yang ada di ajaran agama Hindu. Wardi menyebut tidak ada paksaan bagi penganut ajaran Ngaji Rasa itu untuk menjadi Dayak Alami.
Kidung Alam di Jumat Kliwon
Kompleks Dayak Indramayu dikelilingi tembok berwarna merah bata yang dihiasi relief Nyi Roro Kidul dan berbagai relief pewayangan. Kompleksnya tak terlalu luas, hanya ada sekitar enam bangunan di dalamnya.
Dua bangunan yang paling menarik perhatian adalah pesanggrahan yang biasa dipakai untuk menerima tamu, Lebak Raton Bumi Segandu yang berbentuk silinder dan dihiasi motif ular naga memanjang serta patung Nyi Ratu Kembar Jaya di keempat pintunya.