Ngaji Rasa Hingga Kumandang Kidung untuk Alam dari Dayak Indramayu di Tepi Jalur Pantura

Jum'at, 30 Juni 2023 | 22:07 WIB
Ngaji Rasa Hingga Kumandang Kidung untuk Alam dari Dayak Indramayu di Tepi Jalur Pantura
Komunitas Dayak Indramayu menggelar ritual di Malam Jumat Kliwon. Selain membacakan kidung bersama-sama, Malam Jumat Kliwon menjadi ajang mereka berkumpul sesama penganut kepercayaan penghayat tersebut. [Suara.com/Rakha Arlyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di bagian depan terdapat gapura yang bertuliskan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Suasana rimbun pepohonan menghiasi setiap sudut bangunan.

Pohon yang tumbuh di sini adalah kebanyakan adalah pohon mangga Indramayu. Di area tengah kompleks, ada Wardi sedang santai duduk merokok di atas kursi bambu ditemani dua tongkat kruknya.

Kamis (22/6/2023) malam ini merupakan malam keramat bagi Dayak Indramayu. Wardi menantikan anggota kelompok lainnya datang ke padepokan untuk mengikuti ibadah rutin malam Jumat Kliwon.

Gapura bertuliskan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu menjadi penanda tempat komunitas Suku Dayak Indramayu tinggal. [Suara.com/Rakha Arlyanto]
Gapura bertuliskan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu menjadi penanda tempat komunitas Suku Dayak Indramayu tinggal. [Suara.com/Rakha Arlyanto]

Orang Dayak Indramayu sendiri tidak memiliki ibadah rutin harian atau mingguan seperti halnya penganut agama lainnya. Hanya di malam Jumat Kliwon Dayak Indramayu melakukan ibadah bersama.

Selain beribadah, malam Jumat Kliwon juga dijadikan momentum bagi Dayak Indramayu untuk berkumpul. Sebab anggota kelompok Dayak Indramayu tersebar di beberapa desa tak hanya di kawasan Krimun.

Ketika matahari mulai tenggelam, satu per satu anggota Dayak Indramayu mulai berdatangan. Mereka yang datang paling ihwal adalah kelompok Dayak Alami.

Dengan menggunakan celana hitam-putih dan topi khas Dayak Indramayu yang juga berwarna dominan hitam-putih bertuliskan 'Presiden Bung Karno', 'Petani Ningrat', 'Buah Padi', 'Presiden Saddam Husein', 'Jawa', 'Sukarno Ningrat Kembang' serta di bagian atas bertuliskan angka 01.

Wardi mengatakan ritual malam Jumat Kliwon biasanya dimulai tepat pukul 20.00 WIB. Alasannya, agar tidak mengganggu ibadah Salat umat muslim.

Dahulunya, ibadah malam Jumat Kliwon terdiri dari ritual berendam di sungai atau kungkum kemudian siang harinya dilanjutkan dengan berjemur di bawah terik sinar matahari atau mepe. Namun, kedua ritual sudah tidak lagi dilaksanakan sejak tahun 2019.

Baca Juga: Menyisir Jejak Leluhur dan Jati Diri di Hindu Mangir

Ibadah malam Jumat Kliwon di Suku Dayak Indramayu digelar di Padepokan Nyi Ratu Kembar Jaya. Di dalam padepokan ini terdapat burung Garuda Pancaslia tepat di bagian depan padepokan.

Selain itu, ada pula miniatur perahu layar bertuliskan 'Agama Jawa', serta foto-foto napak tilas Suku Dayak Indramayu.

Satu orang sepuh Dayak Indramayu akan menyambut para anggota lain yang hendak masuk ke dalam padepokan sebelum ibadah dilaksanakan. Sambil bersalaman, satu-persatu anggota kemudian saling mengucapkan salam.

"Misalkan kalau di muslim itu kan Assalamualaikum, nah kalau kita di sini ucapkan salam itu, 'sambung tangan', jawabannya 'disambungkan', kemudian 'kumpulkan', dijawab 'dikumpulkan'," kata Wardi.

Kelompok yang masuk pertama adalah Dayak Alami, setelahnya baru Dayak Seragam dan dilanjutkan Dayak Preman. Mereka duduk bersila melingkari sebuah kolam air yang bernama Punden Tungku Tiga Gunung Krakatau Banten.

"Gunung Krakatau itu kan pusat alam, kita manusia kalau nggak ada pusarnya hidup itu. Jadi kalau yang lainnya air ya lautan," jelas Wardi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI