Di area dalam padepokan hanya berisikan para pria, sementara wanita duduk di area teras padepokan. Ibadah dibuka dengan bersama-sama melantukan pujian kepada alam dengan gerakan sembah seperti dalam ibadah agama Hindu.
Selepasnya, ibadah dilanjutkan dengan membacakan Kidung Alas Duri selama kurang lebih satu jam, menceritakan sejarah Pandawa Lima dalam bahasa Jawa Indramayu dan ditutup kembali dengan pujian alam.
"Rohbana batin kita, ning dunia benerana, sabarana, jujurana".
Syair pujian alam ini dibacakan sekitar lima kali bersama-sama dengan khidmat. Ibadah malam Jumat Kliwon Dayak Indramayu dipandu oleh seorang sepuh Dayak Alami berambut putih yang mengambil posisi duduk bersila di tengah padepokan.
Ibadah ritual malam Jumat Kliwon Dayak Indramayu digelar sekitar tiga jam di Padepokan Nyi Ratu Kembar Jaya. Setelah ibadah rampung, para anggota Dayak Indramayu berkumpul di depan padepokan dan mendengarkan wejangan dari Takmad.
Para anggota Dayak Indramayu kemudian kembali memasuki padepokan dengan membawa sejumlah botol air mineral kosong dan jeriken untuk mengambil air yang berada di Punten Tungku Tiga Gunung Krakatau.
Beberapa orang anggota bahkan terlihat langsung meminum air tersebut menggunakan gelas.
Wardi menjelaskan, sejatinya tidak ada khasiat tertentu dari air tersebut. Semuanya kembali pada niat baik setiap orang. *
Baca Juga: Menyisir Jejak Leluhur dan Jati Diri di Hindu Mangir