"Kendaraan bermotor di Jakarta, terutama sepeda motor dengan bahan bakar fosil, mencapai 24.500.000 pada tahun 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak 78 persen adalah sepeda motor. Pertumbuhan sepeda motor ini sekitar 1 juta lebih setiap tahunnya," ucapnya.
Sebenarnya, kata Luckmi, polusi dari kendaraan bermotor dan aktivitas industri sebenarnya bisa diatasi. Namun, buruknya kualitas udara saat ini juga dipengaruhi oleh faktor alami seperti musim, arah angin, dan topografi kota.
Terlebih lagi musim kemarau pada bulan Juni hingga Agustus memiliki pengaruh besar terhadap kualitas udara di Jakarta.
Angin Muson Timur
Pada periode ini, angin muson timur yang mengarah dari timur ke barat membawa potensi pencemaran udara yang lebih tinggi dari biasanya.
"Dalam data kami, setiap bulan Juni, Juli, Agustus, yang merupakan musim kemarau, angin muson timur bertiup dari timur ke barat. Pada periode ini, terdapat potensi penurunan kualitas udara yang signifikan dibandingkan dengan kondisi normal," ucap Luckmi.
Bahkan, Luckmi menyebut berdasarkan data KLHK, kondisi udara Jakarta dari 2018 sampai 2023 rata-rata baik dan sedang. Artinya, kualitas udara di Jakarta saat ini tidak seseram yang diberitakan. Menurut
"Untuk bulan Agustus ini sampai tanggal 13 kondisinya sedang, dan 5 harinya tidak sehat. Jadi selama 13 hari ada 5 hari yang tidak sehat. Tapi lainnya sedang. Artinya tidak sehat, untuk orang yang memiliki asma dan gangguan pernafasan lainnya harus lebih waspada dengan memakai masker, membawa obat-obatan dan mengurangi aktivitas di luar," tuturnya.