Demokrat Diduga Dalang di Balik Isu Ijazah Palsu Jokowi, Dendam Lama Bersemi Kembali?

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Senin, 28 Juli 2025 | 09:22 WIB
Demokrat Diduga Dalang di Balik Isu Ijazah Palsu Jokowi, Dendam Lama Bersemi Kembali?
Ilustrasi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat berpidato di Kongres Partai Demokrat ke-IV di Jakarta. Demokrat diduga dalang di balik isu ijazah palsu Jokowi. [Suara.com/Bagaskara]

Suara.com - Di tengah panasnya suhu politik, tudingan ijazah palsu yang kembali dialamatkan kepada Presiden Jokowi kini memasuki babak baru.

Panggung politik Indonesia tak pernah sepi dari drama. Isu lama soal ijazah palsu Presiden Joko Widodo kini bergeser ke ranah politik.

Namun, kali ini ada yang berbeda. Arah tudingan tidak lagi hanya datang dari pihak oposisi, melainkan diduga kuat berasal dari dalam lingkaran kekuasaan itu sendiri.

Pengamat politik ternama sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, memberikan analisis tajam yang mengarahkan sorotan pada salah satu anggota koalisi pemerintah: Partai Demokrat.

Berawal dari 'Clue' Jokowi, Mengarah ke Partai Biru

Semua spekulasi ini, menurut Yunarto, tidak muncul dari ruang hampa. Ia menyoroti bahwa Presiden Jokowi sendiri yang pertama kali melempar bola panas dengan memberikan petunjuk adanya "tokoh besar" di balik serangan isu ijazah palsu dan wacana pemakzulan.

"Menurut saya isunya kan akhirnya menjadi politik ya ketika kemudian memang dimulai dengan Pak Jokowi juga memberikan sebuah clue Ada tokoh besar di balik isu ijazah palsu mengenai juga pemakzulan," ujar Yunarto dikutip dari Youtube Kompas TV.

Petunjuk samar dari Presiden ini kemudian diterjemahkan secara lebih teknis dan spekulatif oleh para relawan Jokowi, seperti Silfester Matutina dan Ade Darmawan. Mereka mempersempit kemungkinan "dalang" ke partai politik berwarna biru yang berada di dalam koalisi.

"Lalu dijabarkan lebih spekulatiflah dan teknis menurut saya oleh Bang Silfester atau Bang Ade Darmawan. Mengarahnya kalau kita lihat ini kan kalau hanya dua kalau partai yang warnanya biru dan dalam barisan koalisi, hanya Demokrat atau PAN," lanjut Yunarto.

Baca Juga: Kesaksian Teman Jokowi di Reuni UGM: Naik Motor Sampai ke Gunung Bareng, Masih Dibilang Settingan?

Dengan hanya ada dua partai biru di koalisi, PAN dan Demokrat, analisis pun semakin mengerucut.

Menghubungkan Titik-Titik: Kenapa Demokrat?

Yunarto Wijaya kemudian membeberkan serangkaian variabel yang membuatnya lebih condong menunjuk Partai Demokrat ketimbang PAN. Ia membangun sebuah argumen dengan menghubungkan beberapa titik penting:

  • Keterlibatan Sosok Vokal: Salah satu figur yang paling gencar menyuarakan isu ijazah ini adalah Roy Suryo, yang memiliki rekam jejak panjang sebagai kader penting di Partai Demokrat. Meskipun Roy Suryo telah membantah dan mengeluarkan pernyataan tandingan, koneksi masa lalunya dianggap sebagai variabel signifikan.
  • Motif "Anak Menggantikan": Ada kalimat kunci dalam spekulasi yang beredar, yaitu keinginan sang "tokoh besar" agar anaknya bisa menggantikan Jokowi. Yunarto menganalisis, petunjuk ini tidak terlalu cocok untuk Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
  • Ambisi Politik AHY: Sebaliknya, petunjuk "anak menggantikan" ini sangat mungkin mengarah pada Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang notabene merupakan figur sentral dan calon kuat dari partainya untuk kontestasi kepemimpinan nasional.

"Kalau mau berspekulasi lebih lanjut terkait dengan apa yang misalnya punya korelasi dengan pihak-pihak yang teriak-teriak tentang ijazah palsu dalam konteks ini Roy Suryo sudah mengeluarkan sebuah statement tandingan karena dia merasa dia dulunya Demokrat. Jadi kalau dengan rentetan variabel tadi bukan tidak mungkin arahnya adalah kepada Partai Demokrat," jelasnya.

Luka Lama Politik dan Perebutan Kekuasaan

Analisis Yunarto semakin dalam ketika ia mengaitkan motif ini dengan sejarah hubungan yang tidak selalu mulus antara Partai Demokrat dan lingkaran Jokowi. Ada "nuansa konflik di masa lalu" yang bisa menjadi bahan bakar dari manuver politik saat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI