Suara.com - Nahdlatul Ulama (NU) telah menjadi salah satu organisasi masyarakat berbasis agama tersohor di Tanah Air.
Asal-usul NU juga sarat akan nilai historis dan kulturan sehingga kini menghimpun banyak masa terutama di pulau Jawa.
Sayangnya, kekuatan massa NU berpotensi disalahgunakan oleh oknum kadernya sebagai alat politik semata.
Sontak, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf memberi kecaman keras terhadap kadernya yang menjadikan NU sebagai wahana politik.
Pria yang akrab disapa dengan Gus Yahya itu akan menindak tegas Nahdliyin atau warga NU yang ngeyel dan membawa nama organisasi dalam kampanye politik.
"Kalau ada pengurus NU, kemudian menggunakan lembaga NU untuk kegiatan politik politik praktis, langsung kami tegur," tegas Yahya, Selasa (5/9/2023).
Asal-usul NU: dari pendirian sampai mengilhami partai politik
Nahdlatul Ulama didirikan oleh beberapa ulama kondang salah satunya yakni Hasyim Asy'ari, kepala Pondok Pesantren Tebuireng dari Jombang, Jawa Timur pada 31 Januari 1926.
NU didirikan untuk mewadahi ajaran para ulama Muslim Asy'ari ortodoks yang sekilas bertentangan dengan kebijakan modernis Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan gerakan Salafi.
Baca Juga: Anies-Cak Imin Resmi Capres-Cawapres, Gus Falah Yakin Suara Ganjar di Kalangan NU Tidak Tersedot
NU juga mewadahi tradisi-tradisi lokal yang kehadirannya ditolak oleh beberapa organisasi keagamaan yang menginginkan Islam yang lebih modern.