“Memang di sini gak tembus matahari. Kalau saya nge-jemur, bisa kering karena terkena angin-angin aja," bebernya.
Pantauan Suara.com, Ani hanya tinggal di sebuah rumah berukuran petak. Terdapat sebuah televisi yang menggantung di tembok rumah tersebut.
Di sampingnya TV led tersebut, terdapat sebuah kulkas berukuran dua pintu berkelir biru.

Sementara, menempel pada pintu masuk ada sebuah tangga yang terbuat dari kayu, untuk akses menuju lantai 2.
"Tinggal di sini luasannya cuma satu kamar. Luasan cuma 3x3 meter, jadi 9 meter persegi. Di atas cuma pakai papan,” tutur Ani.
Rumah Ani mirip klaster mini yang dihuni oleh 6 keluarga, meski jumlah rumah di sana hanya ada 4 unit.
Untuk urusan mandi, cuci, kakus (MCK), Ani harus berbagi dengan para tetangga.
Lantaran luasan bangunan yang hanya berukuran 9 meter per segi, merupakan hal yang mustahil baginya untuk memiliki kamar mandi.
"Kalau di sini ada kamar mandi umum. Septic tank-nya ada di tengah (klaster) tadi,” jelasnya.
Baca Juga: Inflasi Terkendali dan Ekonomi Jakarta Terus Tumbuh, Pengamat: Koordinasi Jadi Kunci
Rumah yang ditempati Ani jauh dari kata layak huni.