Sekarang mereka takut akan skenario yang sama lagi, katanya, ketika pemboman di tengah daerah kantong mendorong orang-orang ke selatan.
Sebelumnya, Dokter Inggris James Smith yang terpaksa dievakuasi pekan lalu mengatakan pasien di Rumah Sakit Al Aqsa mengalami kondisi paling serius.
"Kami akan melihat insiden korban massal demi insiden korban massal setiap hari," katanya dengan menggambarkan Al-Aqsa sebagai satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di wilayah tersebut.
James Smith sendiri merupakan sukarelawan dari Badan Medis untuk Palestina yang berbasis di Inggris dan bekerja di RS Al Aqsa sejak akhir Desember lalu.
Ia menggambarkan ada ratusan orang datang setiap hari. Kebanyakan datang dalam keadaan terluka secara fisik.
Tetapi tak sedikit pula yang datang dalam kondisi sangat tertekan, beberapa menangis histeris dan mengalami sesak napas.
Dokter dan perawat harus bekerja 24 jam untuk merawat pasien di lantai karena kurangnya tempat tidur, tidak ada ruang untuk mengatur sistem triase dan petugas medis akan bekerja untuk menyelamatkan satu pasien sementara yang lain terbaring sekarat di ruangan yang sama.