Sayangnya, Suyanti tidak bisa menjemput sang putra, dan malah mendapatkan kabar dari pihak ponpes bahwa anaknya sudah meninggal dunia.
Pihak Ponpes larang keluarga buka kain kafan
Kabar kematian BB pun membuat Suyanti dan keluarganya syok. Semakin menyesakkan, pihak ponpes malah melarang keluarga membuka kain kafan saat mengantarkan jenazah BB ke rumahnya di Karangharjo, Banyuwangi.
Larangan itu tentu membuat pihak keluarga curiga. Apalagi, pihak keluarga juga melihat adanya bercak darah di kain kafan BB, sehingga akhirnya memaksa untuk membuka kain kafan.
Tubuh korban penuh luka, wajah hancur
Saat kafan dibuka, keluarga begitu syok. Bagaimana tidak, banyak bagian tubuh korban yang berdarah dan mengalami lebam. Wajah korban bahkan terlihat hancur. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka-luka dan ada sundutan rokok.
Penampakan horor jenazah korban itu membuat keluarga murka. Mereka langsung melaporkan kematian BB ke kepolisian, serta menuntut pihak ponpes memberitahu kejadian sebenarnya.
Pihak Ponpes diduga lepas tangan
Pihak keluarga juga sangat marah dengan sikap pihak ponpes. Pasalnya, pihak ponpes hanya mengantarkan jenazah korban tanpa meminta maaf, ataupun menawarkan tindak lanjut sebagai penyelenggara pendidikan.
Pihak ponpes juga diduga berusaha menutupi kasus kematian BB karena masih banyak santri yang bersekolah di sana. Tak sampai di situ, pihak ponpes bahkan hanya mengatakan alasan kematian BB karena terjatuh di kamar mandi.