Suara.com - Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menilai, jika sudah saatnya negara-negara di dunia mencari terobosan dalam kerjasama internasional, terlebih dengan berbagai persoalan geopolitik dan global warming yang mengancam.
Megawati menyampaikan hal itu dengan melihat berbagai permasalahan dunia seperti konflik Rusia dan Ukraina, Israel dengan Palestina, Selat Taiwan, semenanjung Korea hingga masalah pemanasan global.
Megawati mengkhawatirkan terjadi krisis pangan akibat global warming serta dampak ekologisnya yang begitu besar bagi umat manusia.
Ia juga secara khusus membeberkan pidato Bung Karno ‘To Build A World A New’ untuk menggambarkan pentingnya proses perubahan itu.
Hal itu disampaikan Megawati saat memberikan kuliah umum bertajuk ‘Tantangan Geopolitik dan Pancasila Sebagai Jalan Tata Dunia Baru’ dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-300 Universitas Saint Petersburg, di Rusia dikutip Suara.com dari keterangan tertulisnya, Senin (16/9/2024).
“Dengan berbagai persoalan geopolitik dan global warming di atas, sudah saatnya kita mencari terobosan dalam kerjasama internasional,” kata Megawati.
Ia menjelaskan, bahwa pidato tersebut, pertama, Bung Karno menyerukan reformasi lembaga PBB melalui demokratisasi dan penghormatan terhadap kesetaraan antar bangsa. Kedua, Bung Karno menyerukan reorganisasi Dewan Keamanan PBB agar semakin efektif didalam menangani konflik.
Ketiga, pemindahan markas besar PBB ke negara yang tidak terlibat konflik. Keempat, dimasukkannya prinsip-prinsip Pancasila dalam Piagam PBB.
“Apa yang disampaikan Bung Karno di PBB tersebut tetap relevan, seperti tadi saat saya sampaikan ketika melihat konflik yang tidak kunjung usai,” ungkapnya.
Baca Juga: Megawati Dorong Dunia Bikin Hukum Internasional Atur Penggunaan AI
Ketua Dewan Pengarah BRIN ini juga menyampaikan rasa keprihatinan terhadap sistem internasional semakin bergeser pada perang hegemoni dan melupakan pentingnya solidaritas sosial dan kemanusiaan.
“Saya juga semakin khawatir dengan munculnya model penjajahan gaya baru melalui penggunaan kekuatan ekonomi, pangan, dan keunggulan teknologi, serta hukum internasional sebagai ‘alat pembangun hegemoni’,” jelasnya.
Untuk itu, Megawati pun menegaskan, bahwa Pancasila bisa menjadi gateline dan lifeline tata dunia baru tersebut.
“Kesetaraan, keadilan, dan kemakmuran bersama, serta keselamatan bumi harus menjadi credo kita. Tatanan Dunia Baru harus diwujudkan dengan menggandeng erat seluruh kekuatan internasional," ujarnya.
“Karena itulah mari kita saling bergandengan tangan dalam persaudaraan sejagat. Kedepankan dialog dengan bingkai kemanusiaan. Sebab kita adalah warga bangsa yang setara dan memiliki tanggung jawab di dalam menjaga kelangsungan dunia, seperti yang saya sampaikan tadi hanya ada satu bumi, dengan seluruh peradabannya,” sambungnya.
Megawati juga sempat menjelaskan bagaimana pembumian Pancasila dalam sistem internasional pernah dilakukan. Yakni melalui pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang menghasilkan “Dasa Sila Bandung”. KAA menjadi gerakan solidaritas bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk merdeka.