Korban lainnya menceritakan bahwa ia mengalami gangguan saraf akibat serangan tersebut, sementara seorang korban lagi mengatakan bahwa ia sering mengalami mimpi buruk setelah melihat foto-foto dirinya yang diambil Raymond, di mana ia tampak seperti "mayat di atas ranjangnya."
Permintaan Maaf Raymond yang Terlambat
Raymond, dalam pernyataannya di depan hakim, mengaku telah banyak merenungkan "kejatuhannya" dan menyatakan penyesalannya.
"Saya telah mengkhianati semua nilai yang saya pegang, dan saya tahu tidak ada permintaan maaf yang akan cukup. Tidak ada kata-kata untuk menggambarkan betapa menyesalnya saya. Ini bukan diri saya, namun itulah yang saya lakukan." sesalnya.
Pengacaranya sempat meminta hukuman yang lebih ringan dengan alasan bahwa pekerjaan "kuasi-militer" Raymond di CIA setelah peristiwa 9/11 berdampak buruk pada emosinya, menciptakan ketidakpedulian dan objektifikasi terhadap orang lain yang memungkinkan dia melakukan kejahatan-kejahatan ini.
CIA Mengutuk Kejahatan dan Melakukan Reformasi
CIA secara terbuka mengutuk kejahatan yang dilakukan oleh Raymond, yang dianggap sebagai salah satu kasus pelanggaran terberat dalam sejarah lembaga tersebut. Sebagai tanggapan, CIA telah menerapkan reformasi besar untuk meningkatkan keselamatan perempuan, mempercepat proses klaim, dan memperketat disiplin terhadap pelanggar.
Kasus Raymond terjadi di tengah berbagai tuduhan serupa terhadap beberapa mantan dan veteran CIA lainnya, termasuk seorang veteran yang menghadapi tuntutan di Virginia karena diduga meraba seorang rekan kerja dan mencium paksa dalam pesta kantor. Sidang terpisah untuk mantan karyawan CIA lainnya juga dijadwalkan berlangsung bulan depan atas tuduhan menyerang seorang wanita di markas CIA di Langley, Virginia.
Baca Juga: Pro-Kontra Pengamanan Trump: Dinas Rahasia vs. Sheriff Florida