Awalnya, terdapat propaganda yang menyebut bahwa Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) terlibat dalam penyiksaan terhadap para jenderal. Namun, sejarawan seperti John Roosa dalam bukunya *Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'État in Indonesia* (2006), menyatakan bahwa klaim ini adalah bagian dari propaganda untuk mendiskreditkan Gerwani dan PKI. Dalam penyelidikan, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam penyiksaan tersebut.
Meski demikian, diperlukan studi lebih lanjut terkait klaim tersebut.
4. Fakta Lubang Tempat Dikuburnya Para Jenderal
Lubang tempat dikuburkannya tujuh perwira militer tersebut memiliki kedalaman sekitar 12 meter dan lebar 75 cm. Berdasarkan kesaksian dan investigasi pasca-G30S, lubang ini memang sudah disiapkan sebelumnya oleh pasukan yang terlibat dalam operasi tersebut.
Namun, hingga saat ini masih menjadi perdebatan tentang siapa yang sebenarnya menggali dan menyiapkan lubang tersebut. [Sumber: Asvi Warman Adam, *Membedah G30S 1965: Fakta atau Rekayasa].
5. Peran Operasi Penumpasan Pasca G30S dan Penemuan Lubang Buaya
Penemuan lubang yang menjadi lokasi jenazah para jenderal baru ditemukan pada 3 Oktober 1965, setelah operasi militer yang dipimpin oleh Soeharto berhasil menumpas pasukan yang terlibat dalam G30S. Peristiwa ini kemudian menjadi titik awal kampanye pemerintah Orde Baru untuk menumpas apa yang dianggap sebagai simpatisan atau anggota PKI di seluruh Indonesia. [Sumber: Robert Cribb, The Indonesian Killings of 1965–1966: Studies from Java and Bali].
6. Kontroversi Film G30S/PKI
Setelah berhasil menumpas Gerakan 30 September (G30S), pemerintah Orde Baru segera menyebarkan narasi bahwa PKI adalah dalang di balik peristiwa ini. Mereka menampilkan "bukti" keterlibatan PKI melalui media massa, pidato resmi, dan dokumen-dokumen yang menunjukkan adanya keterlibatan para anggota PKI dalam tindakan G30S. Salah satu cara efektif yang digunakan adalah melalui penayangan film "Pengkhianatan G30S/PKI" yang diharuskan ditonton oleh masyarakat setiap tanggal 30 September selama masa Orde Baru (Sumber: Cribb, The Indonesian Killings of 1965–1966: Studies from Java and Bali).
Baca Juga: Arti Kabir yang Digaungkan PKI dalam Sejarah G30S Ketika Melakukan Pembunuhan