Media Asing Kritik Lawatan Prabowo, Istana: The Economist Terperangkap Cara Pandang Barat

Sabtu, 30 November 2024 | 19:25 WIB
Media Asing Kritik Lawatan Prabowo, Istana: The Economist Terperangkap Cara Pandang Barat
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi. (Suara.com/M. Yasir)

Suara.com - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, angkat bicara menanggapi media asing The Economist yang mengkritik keras Presiden RI Prabowo Subianto yang melakukan perjalanan luar negerinya beberapa waktu lalu.

Lawatan Praboro itu dianggap dilakukan secara tergesa-gesa tanpa perencanaan yang matang. Selain itu Prabowo juga dikritik lantaran telah terjebak dengan meneken MoU dengan China soal Laut China Selatan.

Menanggapi hal itu, Hasan menilai jika media The Economist telah terperangkap cara pandang media barat. Menurutnya, media tersebut ingin memaksakan logika biner.

"The Economist terperangkap dengan cara pandang media barat yang sulit memahami diplomasi negara-negara dari dunia Timur yang ingin membina persahabatan dengan siapa pun. Mereka ingin memaksakan logika biner. Kalau berteman dengan RRC maka tidak bisa berteman dengan US, begitu juga sebaliknya," kata Hasan saat dihubungi Suara.com, Sabtu (30/11/2024).

Ia mengklaim jika dalam perjalanan ke luar negerinya Prabowo diterima dengan sangat baik dan penuh kehormatan di setiap negara yang disinggahi.

"Semuanya bertemu dengan kepala negara dan kepala pemerintahan. Semua bukti foto dan video bisa dilihat di Internet. Jelas di mana pun titik kunjungan beliau, betepuk dua belah tangan," katanya.

Kemudian soal Donald Trump, Hasan menyebut Prabowo telah menunjukan rasa sopan ala ketimuran.

"Itu pembicaraan dua orang pemimpin. Kalau pun waktu itu tidak bertemu hanya karena kendala teknis, Presiden Prabowo sedang berada di DC sementara Donald Trump sedang berada di Florida. Dan dalam waktu yang tidak berselang lama beliau harus terbang menghadiri KTT APEC di Peru," katanya.

Diketahui, Media asing The Economist mengkritik lawatan Presiden RI Prabowo Subianto ke luar negeri pasca kemenangannya di kontestasi Pilpres 2024.

Baca Juga: Adu Kekayaan 8 Presiden Indonesia dari Soekarno hingga Prabowo Subianto, Siapa Paling Tajir?

The Economist menyebut, Prabowo Subianto sebelumnya mengatakan kepada rakyat Indonesia bahwa negara membutuhkan presiden yang cukup tangguh untuk menghadapi kekuatan asing.

Namun, perjalanan luar negeri pertama Prabowo sebagai presiden membuat banyak orang bertanya-tanya apakah dia sebenarnya merujuk pada orang lain.

Pada 8 November, kurang dari tiga minggu setelah menjabat sebagai presiden, Prabowo terbang untuk memulai tur keliling dunia ke enam negara.

Perjalanan ini menunjukkan seorang pria yang sangat ingin mendapatkan persetujuan dari rekan-rekannya, terlalu percaya diri dengan kemampuannya sendiri, dan kurang mendapat nasihat yang bijaksana dari para penasihat yang masih baru.

Perjalanan ini direncanakan dengan tergesa-gesa, dan jadwalnya tetap tidak jelas hingga tur berlangsung. Prabowo awalnya berharap bisa mampir bertemu dengan Donald Trump beberapa hari setelah kemenangan pemilu Trump.

Dalam sebuah panggilan ucapan selamat yang sangat memuja, yang videonya dipublikasikan di media sosialnya, Prabowo yang tampak agak gugup, menawarkan diri untuk terbang ke "tempat Anda berada" untuk bertemu dengan Trump yang terpilih.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI