Irfan juga pernah menjabat sebagai CEO PT Titan Mining Indonesia (2012-2014) dan CEO PT Cipta Kridatama (2014-2017). Pada periode yang sama, ia juga menjadi Chief Operating Officer PT ABM Investama (2015-2017).
Pada 2015, Irfan mulai masuk dalam jajaran dewan direksi sebagai Komisaris Utama PT Reswara Minergi Hartama hingga 2017. Dalam satu tahun pada 2017, ia menduduki tiga posisi strategis sekaligus, yakni Komisaris PT Sanggar Sarana Baja, Komisaris PT Cipta Kridatama, dan CEO PT Reswara Minergi Hartama.
Tahun 2019, Irfan menjadi CEO Sigfox Indonesia atau PT Kirana Solusi, sebelum akhirnya terpilih sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia pada 2020.
Penunjukan Irfan sebagai Dirut Garuda Indonesia dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Januari 2020. Ia menggantikan Ari Askhara yang diberhentikan terkait kasus penyelundupan Harley-Davidson dan sepeda Brompton.
Menjabat di tengah kondisi sulit, Irfan mengaku sempat ingin mengundurkan diri hingga 138 kali. Ia menghadapi tekanan besar dalam upaya restrukturisasi perusahaan melalui skema Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di tengah pandemi Covid-19.
“Kondisi yang kita hadapi di Garuda Indonesia saat awal pandemi sangat berat, pendapatan turun drastis,” kata Irfan dalam webinar Leadership in Changing Atmosphere yang diadakan OJK Institute, Kamis (24/8/2023).
Ia bersama Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sempat pesimis terhadap pemulihan maskapai. Namun, ia menyebut tidak memiliki pilihan selain terus berjuang. “Banyak yang bertanya, ‘Bagaimana bapak menghadapi situasi ini?’ Jawaban saya, saya ingin mundur. (Lalu) ditanya, ‘Berapa kali bapak ingin mengundurkan diri, 2-3 kali?’ Tidak, 138 kali lebih,” ungkap Irfan kala itu.