Suara.com - PT Garuda Indonesia Tbk. (Persero) mengumumkan bahwa perseroan meraih laba bersih USD1,11 juta hingga Oktober 2024. Padahal pada semester I, emiten berkode saham GIAA masih mencatatkan rugi bersih.
Namun, laporan keuangan Kuartal III-2024, emiten pelat merah ini masih meraup rugi bersih USD131,22 juta, di mana kerugian itu melonjak dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yan sebesar USD72,38
Akan tetapi, Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra menjelaskan, sebenarnya hinga perseroan mendapatkan laba bersih USD18,11 juta. Laba bersih ini, terang dia, setelah diterapkan perhitungan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dari 73 menjadi PSAK 107.
Dalam hal ini, PSAK 73 adalah suatu standar pembukuan, di mana transaksi sewa masuk ke dalam beban operasi. Sedangkan, PSAK 107 merupakan standar akuntansi untuk akad ijarah yang digunakan dalam pembiayaan oleh bank syariah dan lembaga keuangan lainnya.
Baca Juga: Anak Buah Pimpinan MPR Dikabarkan Jadi Direktur Utama Garuda Indonesia
Irfan menyebut, perseroan telah mendapatkan lampu hijau untuk transaski sewa pesawat masuk dalam skema ijarah.
"Jadi kami bisa langsung bukukan positif," ujar Irfan setelah public expose pada, Senin (11/11/2024).
Dengan perhitungan ini, Irfan mengharapkan bisa meningkatkan kapitalisasi pasar GIAA ke depan.
"Solvabilitas yang meningkat juga membuka akses perusahaan terhadap new financing," imbuh Irfan.
Adapun, maskapai berlogo garuda biru itu encatatkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortasi atau EBITDA mencapai USD685,81 juta di kuartal III-2024. Raihan itu naik 11 persen dibandingka periode yang sama pada tahun 2023.
Baca Juga: Garuda Indonesia Cetak EBITDA Naik 11% di Kuartal III-2024
Capaian ini sekaligus merefleksikan tingkat EBITDA yang tumbuh secara berkelanjutan pascarestrukturisasi, dimana hingga Kuartal III-2023 Garuda berhasil membukukan EBITDA sebesar USD616,37 juta.
Capaian tersebut turut tercermin melalui kinerja pendapatan usaha secara konsolidasi yang konsisten membukukan pendapatan usaha yang naik hingga 15 persen sebesar USD2,56 miliar selama periode Sembilan bulan pertama tahun 2024 (unaudited) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yakni USD2,23 miliar.
Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut salah satunya ditopang oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17 persen (year-on-year) mencapai USD2,01 miliar, sementara untuk pendapatan penerbangan tidak berjadwal turut mencatatkan kenaikan sebesar 6 persen dan pendapatan lainnya juga naik 8 persen dibandingkan dengan capaian hingga Kuartal III di tahun sebelumnya.