“Treatment psiko-sosial menyingkirkan kami. Kebebasan kami dirampas, bahkan ada penyiksaan sampai saat ini,” tegasnya.
Ia mengungkapkan bahwa sterilisasi paksa dan pemaksaan kontrasepsi masih terjadi dan bahkan dilegalkan dalam beberapa kebijakan negara.
Kasus lainnya adalah tindakan pemerkosaan terhadap penyandang disabilitas, penggundulan paksa, hingga fasilitas yang tidak memberikan privasi.
Bahkan, dalam beberapa kasus, penyandang disabilitas masih mengalami praktik pemasungan atau dirantai.
“Jika negara represif, kita tidak punya alasan untuk diam. Mari sama-sama satukan kekuatan kita, lawan bersama negara yang semakin hari semakin gelap, sehingga tidak ada lagi yang tertindas,” seru Dhede.
Peringatan Hari Perempuan Sedunia tahun ini menjadi momentum bagi berbagai kelompok untuk mengangkat kembali isu ketidakadilan struktural yang menekan perempuan dan kelompok marginal lainnya.
Mulai dari diskriminasi terhadap kelompok minoritas seksual dan gender, pemiskinan sistemik buruh perempuan, hingga kekerasan terhadap penyandang disabilitas, semuanya menunjukkan bahwa perjuangan kesetaraan masih harus diperjuangkan dengan keras. (Kayla Nathaniel Bilbina)