Kota Mandalay menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak, dengan banyak bangunan yang hancur dan infrastruktur yang rusak parah.
Upaya penyelamatan terus dilakukan, namun tantangan besar dihadapi akibat kerusakan jalan dan jembatan yang menghambat akses ke daerah-daerah terdampak.
Pemerintah Myanmar telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari sebagai bentuk penghormatan kepada para korban. Selama periode ini, bendera nasional dikibarkan setengah tiang.
Gempa ini merupakan yang terkuat di Myanmar dalam lebih dari satu abad, dengan episentrum terletak di dekat Sagaing, sekitar Mandalay.
Selain korban jiwa, gempa juga menyebabkan kerusakan signifikan pada pagoda kuno dan bangunan modern.
Situasi semakin diperparah dengan adanya perang sipil yang sedang berlangsung di negara tersebut, yang mempersulit distribusi bantuan kemanusiaan.
Banyak penyintas yang kini menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan tempat tinggal yang layak.
Meskipun upaya penyelamatan terus dilakukan, harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat semakin menipis seiring berjalannya waktu.
Risiko wabah penyakit juga meningkat akibat infrastruktur sanitasi yang rusak.
Baca Juga: Myanmar Berkabung: 7 Hari Masa Berkabung Nasional Usai Gempa Dasyat
Komunitas internasional telah mulai mengirimkan bantuan, namun tantangan logistik dan akses ke daerah terdampak membuat distribusi bantuan menjadi sulit.
Tragedi ini menyoroti kebutuhan mendesak akan kesiapsiagaan bencana dan infrastruktur yang lebih baik di wilayah yang rentan terhadap gempa bumi.
Melansir ANTARA, sejumlah negara, termasuk Indonesia, Rusia, India, China, Thailand, Uni Emirat Arab, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah mengirimkan tim khusus pencarian dan penyelamatan untuk membantu Myanmar dalam upaya evakuasi korban gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang negara itu.