Ia juga menunjukkan kemampuan luar biasa dalam dunia seni peran.
Namanya semakin dikenal saat bergabung dengan grup operet Papiko, yang pada masanya sangat populer dan kerap menghiasi layar kaca TVRI kala itu.
Beberapa judul yang ia bintangi seperti Bawang Merah Bawang Putih, Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi, dan Ronce-ronce menjadi tontonan yang tak hanya menghibur saat itu, tetapi juga menyentuh dan mengandung nilai-nilai budaya yang kuat.
Melalui setiap peran dan lagu, Titiek Puspa perlahan membangun dirinya bukan hanya sebagai artis serba bisa, tetapi sebagai simbol kekayaan seni Indonesia yang melekat di hati masyarakat lintas generasi.

Meski dikenal luas sebagai penuh kesederhanaan, perjalanan spiritual Titiek Puspa ternyata tidaklah instan.
Eyang Titiek memeluk agama Islam sejak lahir namun, ia mengakui jika baru benar-benar menjalankan ibadah shalat dengan sungguh-sungguh pada tahun 1989, ketika usianya sudah matang dan kariernya berada di puncak kejayaan.
Titiek sebelumnya mengaku sempat memaknai shalat hanya sebagai bentuk "ngobrol dengan Tuhan" yang menjadi sebuah pengakuan jujur nan memperlihatkan sisi manusiawi seorang seniman besar.
Titiek mulai benar-benar mengenal kedalaman ajaran agamanya setelah didorong perjalanannya ke Madinah, kota suci yang membuatnya merasa belum layak untuk menginjakkan kaki karena ia belum bisa menunaikan shalat dengan baik.
Baca Juga: Agama Titiek Puspa Dulu dan Sekarang, Penyanyi Legendaris yang Kini Telah Tiada
Ia sempat menolak kesempatan itu, hingga akhirnya seorang teman memberinya sebuah video belajar sholat, yang kemudian menjadi titik balik perjalanan spiritualnya.
Dari video sederhana itu, hatinya tersentuh. Ia belajar dengan sungguh-sungguh, mengulang gerakan dan doa-doa, hingga akhirnya mampu shalat dengan benar.
Titiek mengakui menjalani pengalaman batin yang sangat unik, yang diceritakan sebuah momen yang tak dapat dijelaskan, namun cukup kuat untuk membuatnya semakin teguh dalam keyakinan Islam.
Sejak saat itu, Titiek Puspa tak hanya dikenal sebagai seniman legendaris, tetapi juga sebagai pribadi yang menemukan ketenangan dan makna hidup dalam keimanan yang mendalam.
Selamat jalan Eyang Titiek.