Di usianya yang ke-72, ia merupakan salah satu tokoh terkemuka gereja dalam hal nilai-nilai Katolik tradisional, khususnya mengenai isu-isu seperti perceraian dan pernikahan ulang.
"Kita tidak boleh membiarkan sakramen diperlakukan dengan tidak hormat. Pernikahan tidak dapat dipisahkan, dan gereja harus melindungi ajaran sucinya," kata Erdö.
3. Kardinal Luis Antonio Tagle
Di usianya yang ke-67, Kardinal Tagle dari Filipina dianggap sebagai tokoh progresif dalam Gereja.
Ia telah menganjurkan pendekatan yang lebih inklusif terhadap isu-isu LGBT dan mengkritik bahasa kasar yang secara historis digunakan terhadap komunitas-komunitas tertentu.
Sikapnya yang lebih inklusif sejalan dengan visi Paus Fransiskus, yang menjadikannya calon penerus dengan pendekatan yang sama terhadap keadilan sosial.
"Kata-kata kasar yang digunakan di masa lalu untuk merujuk pada kaum gay dan orang-orang yang bercerai dan berpisah... menyebabkan mereka terisolasi dari masyarakat luas," kata Tagle.
4. Kardinal Matteo Zuppi
Kardinal Zuppi, yang merupakan favorit Paus Fransiskus, berusia 69 tahun dan pernah menjabat sebagai presiden Konferensi Episkopal Italia.
Baca Juga: Presiden dan Menag RI Kenang Paus Fransiskus saat Berkunjung ke Indonesia pada September 2024 Lalu
Ia dikenal karena misi diplomatiknya, ia telah bekerja dalam negosiasi perdamaian, termasuk upaya di Ukraina.
Zuppi juga dikenal karena sikap progresifnya terhadap isu-isu LGBTQ dan seruannya bagi Gereja untuk mengadopsi pendekatan yang lebih pastoral.
"Kita perlu mendorong dialog dan pemahaman antara Gereja dan komunitas LGBT," tulis Zuppi pada tahun 2018.
5. Kardinal Raymond Leo Burke
Kardinal Burke, 74 tahun, dikenal karena pandangan tradisionalisnya dan sering mengkritik kebijakan Paus Fransiskus yang lebih liberal.
Sebagai mantan pejabat Vatikan, Burke secara terbuka menentang banyak perubahan yang diterapkan di bawah Paus Fransiskus, khususnya mengenai perlakuan terhadap umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi.