Suara.com - Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng. Skandal joki dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025 terungkap di tengah jalannya ujian yang seharusnya menjunjung tinggi nilai kejujuran dan integritas.
Dalam sebuah konferensi pers yang digelar Selasa, 29 April 2025, Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB yang diketuai Eduart Wolok menyampaikan temuan mengejutkan, sekitar 50 peserta terindikasi melakukan kecurangan, termasuk 10 orang yang diduga bertindak sebagai joki.
Akun @fauzanalrasyid mengunggah gambar salindia resmi panitia SNPMB sembari menuliskan bahwa foto pada kartu peserta telah diedit dengan teknologi AI, dan menyebut nama-nama terduga joki.
"Joki-joki yang ditemukan menurut @snpmb_id, foto diedit dengan AI. Nama joki tertera pada salindia di bawah," tulis dia seperti Suara.com kutip pada Rabu (30/4/2025).
Salah satu temuan paling mencolok terjadi di pusat UTBK ISBI Bandung, di mana panitia mendeteksi empat kartu peserta yang menampilkan wajah serupa namun menggunakan identitas berbeda.
Dari hasil investigasi awal, nama asli joki yang digunakan dalam keempat kartu tersebut terungkap sebagai Lukas Valentino Nainggolan yang diduga menjoki-kan empat calon mahasiswa sekaligus.
Ia tercatat sebagai mahasiswa aktif Institut Teknologi Bandung (ITB) dari Program Studi Teknik Elektro, angkatan 2018.
Yang lebih mengkhawatirkan, kecurangan ini tidak dilakukan oleh satu orang saja. Dua nama lain turut muncul sebagai terduga joki, yakni Healthy Febriana Jessica dan Khamila Djibran — keduanya juga lulusan ITB angkatan 2018.
Healthy berasal dari jurusan Teknik Perminyakan dan telah lulus pada 2022, sementara Khamila dari Teknik Pertambangan dan lulus tahun 2023.
Baca Juga: Deretan Modus Kecurangan UTBK 2025, Pasang Kamera di Kawat Gigi Hingga Keterlibatan Ordal
Ketiganya diduga terlibat dalam praktik joki lintas provinsi, memanfaatkan teknologi pengeditan wajah berbasis AI untuk menyamarkan identitas mereka pada kartu peserta ujian.
Dalam sebuah salindia yang ditampilkan pada konferensi pers, tampak jelas empat kartu ujian dengan foto serupa namun nama dan data peserta berbeda. Praktik ini diduga dilakukan secara terorganisir, menunjukkan bahwa sistem UTBK kini menjadi sasaran modus kejahatan baru berbasis teknologi.
"Anjir yg joki anak ITB semua kah?" tulis akun lain @2zweets4l, yang juga mengunggah tangkapan data ketiga mahasiswa dari laman PDDikti.
Fenomena ini segera menyita perhatian publik. Di media sosial X, netizen bereaksi keras. Kecaman pun berdatangan. Banyak warganet menyayangkan tindakan para joki yang tidak hanya melanggar etika akademik, tetapi juga mencoreng nama almamater mereka.
“Padahal serunya dunia tuh adalah tes masuk sekolah kaya gini, dinamika kehidupannya ada,” tulis @mor****. Sementara akun lain @kik**** menegaskan, “Cocoknya sih didrop-out yaa… jatuhnya bikin malu nama kampus.”
"Ntr klo nembus apa ya bs mnjalani hari2 perkuliahannya, aku dl pnya tmn yg bs nembus FKG sbuah kampus negri trnama krn bpknye pejabrut dan doi emg super kaya,tp ya akhrnya di tengah jalan berhenti, dia blg: aduh otak ku ga sanggup ternyata," ujar @neng****
Pihak panitia SNPMB menyatakan akan terus melakukan verifikasi dan investigasi terhadap peserta dan joki yang terlibat. Eduart Wolok menekankan bahwa ini baru temuan dari sesi 1 hingga sesi 12, sementara UTBK masih berlangsung hingga 3 Mei 2025. Artinya, jumlah pelaku dan joki bisa saja bertambah.
Skandal ini membuka diskusi lebih luas tentang integritas di dunia pendidikan tinggi, serta tantangan baru yang dihadirkan oleh kemajuan teknologi seperti AI dalam memalsukan identitas.
Pertanyaan besar muncul, bagaimana langkah tegas institusi seperti ITB menyikapi alumninya yang terlibat dalam praktik tercela ini?