Suara.com - Menjelang datangnya bulan Zulhijah, suasana batin umat Islam mulai dipenuhi tanda tanya sekaligus harapan.
Salah satu pertanyaan yang paling sering terdengar adalah: kapan tepatnya Hari Raya Idul Adha 2025 atau 10 Zulhijah 1445 Hijriah akan dirayakan?
Pertanyaan ini bukan sekadar soal tanggal di kalender, tapi juga berkaitan dengan persiapan menjelang hari besar penuh makna itu—dari merencanakan kurban hingga merangkai silaturahmi keluarga.
Berdasarkan perhitungan kalender Hijriah secara hisab (astronomi), Idul Adha 2025 diperkirakan akan jatuh pada berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, Idul Adha diperkirakan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025.
Namun, penetapan resminya akan menunggu hasil sidang isbat yang akan dilakukan oleh Kementerian Agama RI pada Mei 2025.
Untuk masyarakat Muhammadiyah telah menetapkan bahwa Idul Adha 1446 H jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025.
Penetapan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.
Sementara Nahdlatul Ulama (NU) masih belum secara resmi menetapkan tanggal Idul Adha 2025.
NU menggunakan metode rukyatul hilal (pengamatan hilal) dan akan menunggu hasil pengamatan hilal pada akhir Zulkaidah untuk menentukan tanggal resminya, yang biasanya bersamaan dengan keputusan pemerintah.
Baca Juga: Mudah dan Aman, Rekomendasi Beli Hewan Kurban Online untuk Idul Adha
Jika jatuh pada 6 Juni 2025 dengan syarat bahwa hilal atau bulan sabit penanda awal bulan Zulhijah berhasil terlihat pada tanggal 31 Mei 2025.
Namun seperti biasa, kepastian tersebut masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah melalui sidang isbat, yang akan menentukan awal Zulhijah berdasarkan kombinasi metode rukyat (pengamatan hilal) dan hisab.
Momen ini selalu dinantikan, karena menjadi penentu hari dimulainya ibadah haji di Tanah Suci serta puncak dari rangkaian ibadah kurban di seluruh penjuru dunia. Namun, jika hilal belum terlihat, maka bulan Zulkaidah akan digenapkan menjadi 30 hari.
Potensi Perbedaan, Namun Dalam Semangat yang Sama
Tak jarang, penetapan Idul Adha di Indonesia bisa berbeda dengan negara lain, khususnya Arab Saudi, yang menggunakan metode hisab ummul qura dan sistem kalender berbeda.
Bila perbedaan itu terjadi, masyarakat Indonesia tetap diimbau untuk menyikapinya dengan bijak dan saling menghormati, sebagaimana nilai-nilai Islam yang mengedepankan persatuan.