Suara.com - Sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) milik Amerika Serikat kembali menunjukkan kelemahan setelah gagal mencegat rudal balistik yang ditembakkan oleh kelompok Houthi dari Yaman menuju Israel. Menurut laporan The Times of Israel pada Jumat (9/5), ini merupakan kegagalan kedua dalam sepekan terakhir, yang berujung pada serangan langsung di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv.
Sumber yang tidak disebutkan namanya dalam laporan tersebut mengungkapkan bahwa rudal Houthi berhasil menembus pertahanan udara Israel dan menghantam kawasan bandara pada Minggu (4/5). Serangan ini memicu kepanikan dan mengakibatkan penutupan sementara infrastruktur transportasi penting di bandara tersebut selama sekitar setengah jam.
Sebagai informasi, THAAD adalah singkatan dari Terminal High Altitude Area Defense yang merupakan sistem pertahanan rudal balistik Amerika Serikat yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek, menengah, dan menengah pada fase terminalnya (turun atau masuk kembali). Sistem ini menggunakan radar X-band dan pencegat hit-to-kill satu tahap untuk mengalahkan rudal balistik baik di dalam maupun di luar atmosfer. THADD diklaim sebagai salah satu pertahanan militer paling modern yang dikembangkan oleh Amerika Serikat atau kini dikenal dalam pengaplikasiannya di Iron Dome.
Yang lebih mengkhawatirkan, sistem pertahanan udara Israel, Hetz (Iron Dome), dilaporkan tidak aktif saat serangan terjadi. Hal ini memunculkan pertanyaan besar mengenai kesiapan pertahanan Israel dalam menghadapi ancaman rudal dari kelompok bersenjata di kawasan.
Respons Militer Israel dan Investigasi
Otoritas militer Israel mengaku telah berupaya mencegat rudal tersebut dan sedang menyelidiki penyebab kegagalan sistem pertahanan. Namun, belum ada penjelasan resmi mengapa THAAD, yang seharusnya mampu menangkal ancaman rudal balistik, tidak berfungsi optimal.
Ini bukan pertama kalinya sistem pertahanan AS mengalami kegagalan di wilayah konflik. Sebelumnya, pada Jumat (2/5/2025) lalu, kelompok Houthi mengklaim telah meluncurkan rudal balistik hipersonik ke Bandara Ben Gurion sebagai balasan atas serangan Israel di Bandara Internasional Sanaa, ibu kota Yaman.
Ancaman Baru dari Rudal Hipersonik Houthi
Klaim Houthi mengenai penggunaan rudal hipersonik menjadi perhatian serius bagi keamanan regional. Jika benar, kemampuan ini menandai peningkatan signifikan dalam persenjataan kelompok tersebut, yang diduga mendapat dukungan teknis dari negara-negara tertentu.
Baca Juga: Bahlil: Putusan Tambahan LPG Hingga BBM dari AS Belum Final
Para analis militer menyoroti bahwa rudal hipersonik, dengan kecepatan melebihi Mach 5, jauh lebih sulit dilacak dan dihancurkan oleh sistem pertahanan udara konvensional. Kegagalan THAAD dalam dua kesempatan terakhir bisa menjadi indikasi bahwa teknologi pertahanan saat ini belum sepenuhnya siap menghadapi ancaman rudal generasi baru.