Suara.com - Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak semua pihak untuk menolak gagasan untuk merelokasi warga Gaza dari Palestina. Menurutnya, Gaza merupakan milik Palestina.
Hal itu ditegaskan Puan Maharani dalam forum Inagurasi Konferensi ke-19 Persatuan Parlemen Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atau PUIC di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/5/2025) malam.
Acara ini sendiri dihadiri langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan sejumlah delegasi parlemen dari negara-negara OKI.
"Kita harus menolak gagasan merelokasi rakyat Palestina dari wilayah Gaza. Gaza adalah milik rakyat Palestina," kata Puan.
Ia menegaskan, yang harus dilakukan adalah membangun tak hanya soal fisik tapi juga soal harga diri, keadilan dan harapan warga Gaza.
"Parlemen harus mendorong lebih banyak negara di dunia untuk secara resmi mengakui negara Palestina," katanya.
Selain itu, Puan menekankan juga soal harus mencari solusi perdamaian antar dua negara yang berkonflik.
"Kita juga harus mendorong penyelesaian konflik secara damai melalui “Solusi Dua-Negara.”," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera menegaskan, bahwa dalam Konferensi ke-19 Persatuan Parlemen Anggota OKI atau Organisasi Kerja Sama Islam tak hanya membahas persoalan Palestina saja. Tapi juga bicara misi perdamaian dunia.
Baca Juga: Diapit Dasco-Puan, Prabowo Hadiri Inagurasi Konferensi Anggota Parlemen OKI di Gedung DPR
Di hari kedua Sidang Komite Eksekutif ke-53 jelang Konferensi ke-19 Persatuan Parlemen Anggota OKI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (13/5) tak hanya membahas soal Palestina tapi juga persoalan perang di berbagai dunia.
"Hari ini jam 14:30 ada standing committee on political affair, ini bahas yang sangat sensitif ya, bukan cuma Palestina, tapi Pakistan dan India, Ukraina dengan Rusia," kata Mardani di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (13/5/2025).
Ia menegaskan, dalam konferensi ini pihaknya ingin menjadi mediator perdamaian.
"Nah kita insyaallah akan menjadi mediator perdamaian. Kita tidak menegasikan konflik yang ada, tapi put all the things on the table, liat dari seluruh perspektif dan kita cari common ground, kesamaan," ujarnya.
Menurutnya, dari konferensi ini tak mau hanya melihat dari satu perspektif saja soal perang yang terjadi di dunia.
"Kemarin ada yang menarik di committee on minority, itu ada banyak cerita muncul, tapi kita gak boleh liat dari satu perspektif. Misal minta maaf China, langsung kita nyerang pemerintah China, padahal pemerintah China juga punya beberapa fakta, kita pengen cover both sides, cover multiside, kita yang penting cari solusi yang berbasis perdamaian," katanya.
Mardani juga turut menyinggung pesan perdamaian dunia yang pernah disampaikan mediang Paus Fransiskus.
"Karena saya agak kagum sama almarhum Pope Francis gitu ya diikuti sama bapak paus yang baru, serukan perdamaian, perdamaian," ungkapnya.
Ia pun menegaskan, tak ada manfaatnya dari perang, terlebih hanya akan menjadi pertumpahan darah.
"Orang beriman itu bersaudara. Maksudnya gak boleh ada pertumpahan darah," pungkasnya.
Perkuat Hubungan Antarparlemen
Dalam pidatonya, Puan Maharani juga menekankan bahwa peringatan ke-25 tahun (silver jubilee) Konferensi Ke-19 Uni Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam atau Parliamentary Union of the OIC (PUIC) sebagai momentum memperkuat hubungan antarparlemen negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
"Silver Jubilee PUIC 2025 ini, dapat menjadi momentum bagi kita semua untuk membangun dan memperkuat hubungan antarparlemen negara anggota OKI dalam wujud kerja bersama menghadapi tantangan kita bersama yang ke depannya akan semakin berat," kata Puan.
Dia lantas menyebut momentum pembukaan Konferensi Ke-19 PUIC di Gedung DPR RI malam ini mengingatkan akan penyelenggaraan Conference of the New Emerging Forces (CONEFO) yang diinisiasi Presiden Pertama RI Soekarno sebagai simbol semangat bersama negara berkembang saat itu, untuk membangun tata dunia yang lebih baik.
Dia lantas mengingatkan pula bahwa 25 tahun yang lalu saat pembentukan PUIC tahun 1999, parlemen negara-negara anggota OKI memiliki harapan besar bahwa rakyat di dunia Islam akan dapat hidup lebih baik, memiliki peradaban kemajuan dalam kehidupan rakyat.
Saat Konferensi Ke-19 PUIC kali ini, lanjut dia, masih banyak pekerjaan bersama untuk dapat membangun tatanan dunia yang diharapkan dapat memberikan jalan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.
Di antaranya, masalah kesejahteraan, kesenjangan ekonomi, pangan, globalisasi nilai dan budaya, literasi kemajuan teknologi, perubahan iklim, peran dan pemberdayaan perempuan, kemerdekaan palestina, konflik geo-politik, konflik geo-ekonomi, dan berbagai permasalahan lainnya.
"Inilah tantangan yang kita hadapi bersama, saat kita sedang merayakan Silver Jubilee PUIC di Jakarta tahun 2025 ini," katanya.
Untuk itu, dia memandang PUIC perlu memiliki komitmen, kebersamaan, dan solidaritas yang semakin kuat sehingga dapat ikut mengambil posisi dan mempengaruhi tatanan dunia yang lebih baik.
"Kita tidak dapat membiarkan tatanan dunia berkembang secara alamiah, membiarkan persaingan kekuatan politik dan ekonomi menentukan segalanya," ucapnya.
Menurut dia, parlemen negara anggota PUIC dapat ikut berkontribusi dalam membangun tatanan dunia dengan sikap yang menunjukan kebersamaan dan solidaritas PUIC dalam mengambil posisi di berbagai forum internasional, perjanjian internasional, lembaga global, dan konsensus politik.
"PUIC memiliki anggota 54 negara, suatu kekuatan yang tentu tidak dapat diabaikan apabila kita solid," tuturnya.
Dia pun mengingatkan agar PUIC memiliki agenda kerja bersama yang konkret sehingga pertemuan-pertemuan dalam sidang PUIC akan memiliki arti dalam membangun kemajuan peradaban tatanan dunia yang lebih baik, baik dalam menyikapi konflik geopolitik, geoekonomi, perang dagang, perjuangan Palestina, generasi muda, pangan, energi, perubahan iklim, kesehatan, dan lainnya.
"Oleh karena itulah, agenda bersama PUIC ke depan menjadi sangat strategis dan penting untuk kita bicarakan melalui sidang-sidang PUIC untuk dapat menghasilkan deklarasi dan resolusi," kata dia.