“Tidak cukup hanya menyiapkan fasilitas untuk jemaah resmi. Kenyataannya, selalu ada ribuan orang yang hadir di luar sistem,” ujarnya.
Fasilitas darurat, terutama untuk pendinginan dan layanan medis, harus memperhitungkan kemungkinan ini.
Karim Elgendy dari Chatham House menambahkan bahwa kematian tahun lalu bukan hanya akibat kerumunan, tetapi juga kondisi iklim yang luar biasa.
“Posisi matahari saat titik balik musim panas memperpanjang durasi paparan sinar langsung. Kombinasi ini menciptakan badai sempurna.”
Menurut kalender Islam, waktu haji akan terus maju sekitar 11 hari setiap tahun dalam kalender Gregorian. Artinya, haji akan tetap jatuh di musim panas Saudi selama beberapa dekade mendatang.
Studi tahun 2019 dari jurnal Geophysical Research Letters bahkan memperkirakan tekanan panas selama haji akan melampaui ambang batas "bahaya ekstrem" secara periodik mulai 2047 hingga 2086.
Meski ancaman besar, berbagai pihak kini mulai bergerak mencari jalan keluar. Dari inovasi teknologi, edukasi jemaah, hingga kebijakan inklusif, semua menjadi bagian dari solusi kolektif untuk menjaga keselamatan haji di masa depan.