Viral Anak Kos Ditemukan Meninggal, Ini Fakta Mengerikan Asam Lambung

Yazir F Suara.Com
Selasa, 20 Mei 2025 | 19:29 WIB
Viral Anak Kos Ditemukan Meninggal, Ini Fakta Mengerikan Asam Lambung
Ilustrasi jenazah atau mayat. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Meskipun tidak semua kasus Barrett berkembang menjadi kanker, namun risikonya jauh lebih tinggi, terutama kanker kerongkongan jenis adenokarsinoma.

4. Asam Lambung Bisa Memicu Gangguan Pernapasan

Asam lambung yang naik ke atas tidak hanya memengaruhi kerongkongan, tapi juga bisa masuk ke saluran napas. Ini dapat memicu batuk kronis, asma, bahkan pneumonia aspirasi, yaitu kondisi serius ketika asam lambung masuk ke paru-paru. Pasien seringkali mengalami sesak napas, mengi, atau batuk yang tak kunjung sembuh.

5. Menyebabkan Masalah Tidur Kronis

Asam lambung yang naik pada malam hari bisa sangat mengganggu kualitas tidur. Posisi tidur telentang membuat refluks lebih mudah terjadi. Akibatnya, penderita bisa terbangun karena rasa panas di dada, sesak, atau bahkan rasa pahit di tenggorokan.

Dalam jangka panjang, ini berpotensi memicu insomnia, kelelahan, dan menurunnya fungsi kognitif.

6. Bisa Menyebabkan Penurunan Berat Badan yang Tidak Sehat

Penurunan berat badan karena asam lambung seringkali tidak sehat. Rasa nyeri atau mual terus-menerus membuat penderita kehilangan nafsu makan.

Tubuh akhhirnya kekurangan nutrisi penting, yang berdampak pada melemahnya daya tahan tubuh dan fungsi organ.

Baca Juga: GERD Kambuh Lagi? Coba Atasi dengan 6 Tips Sederhana Ini!

7. Dapat Menyebabkan Gangguan Psikologis

Bukan hanya urusan fisik, asam lambung juga bisa mengalami kecemasan, gangguan panik, dan depresi ringan.

Hubungan antara sistem pencernaan dan otak yang dikenal sebagai gut-brain axis membuat gangguan lambung berdampak besar pada kesehatan mental.

8. Gejala Bisa Meniru Serangan Jantung

Asam lambung kerap disalahsartikan sebagai serangan jantung. Ini karena titik rasa nyeri sama-sama berada di dada.

Perbedaannya cukup tipis dan dalam beberapa kasus, bahkan pasien mengalami keduanya secara bersamaan. Ini membuat deteksi medis menjadi sangat penting agar tidak keliru dalam penanganan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI