Selama inspeksi terowongan, sebuah perangkat peledak yang kuat meledak. Ravid dan Seror tewas, dua prajurit lainnya mengalami luka serius dan sedang.
Pemberitaan Serambinews itu tidak mengungkapkan peran TNI atau militer Rusia sebagai faktor yang menyebabkan kematian ribuan tentara Israel.
Bisa disimpulkan, video berisi klaim “TNI membunuh 1.200 Tentara Israel” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

Situasi Terkini di Gaza
Konflik di Gaza tetap menjadi salah satu krisis kemanusiaan dan geopolitik paling kompleks di dunia.
Setelah eskalasi besar pada Oktober 2023, wilayah ini terus menghadapi dampak yang parah, baik dari segi kemanusiaan, keamanan, maupun politik.
1. Kondisi Kemanusiaan yang Memburuk
- Bencana Kelaparan dan Krisis Pangan: Laporan-laporan dari berbagai lembaga kemanusiaan, termasuk PBB, secara konsisten menyoroti risiko kelaparan yang meluas di Gaza. Akses terhadap makanan sangat terbatas karena blokade, kerusakan infrastruktur pertanian, dan gangguan rantai pasokan. Bantuan kemanusiaan sering kali sulit masuk atau didistribusikan secara efektif.
- Krisis Kesehatan: Sistem layanan kesehatan di Gaza telah hancur total. Sebagian besar rumah sakit tidak berfungsi atau hanya beroperasi sebagian, kekurangan obat-obatan, peralatan medis, dan tenaga medis. Ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan lansia, menderita luka-luka, penyakit, dan trauma tanpa akses ke perawatan yang memadai. Penyakit menular juga menjadi ancaman serius akibat sanitasi yang buruk dan kepadatan penduduk di tempat penampungan.
- Pengungsian Massal: Mayoritas penduduk Gaza telah mengungsi berkali-kali dari rumah mereka. Lebih dari 1,7 juta orang diperkirakan mengungsi secara internal, hidup di tempat penampungan sementara yang penuh sesak, atau tenda-tenda darurat, tanpa akses memadai terhadap air bersih, sanitasi, dan tempat tinggal yang layak.
- Kerusakan Infrastruktur: Skala kerusakan infrastruktur di Gaza sangat masif. Bangunan tempat tinggal, sekolah, jalan, fasilitas air, dan listrik telah hancur secara luas akibat serangan udara dan operasi militer. Rekonstruksi akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan miliaran dolar.
2. Aspek Keamanan dan Militer
- Operasi Militer Berlanjut: Meskipun ada seruan internasional untuk gencatan senjata, operasi militer di Gaza, terutama oleh Israel, terus berlanjut di berbagai intensitas. Fokus operasi sering bergeser ke area-area yang dianggap sebagai benteng terakhir kelompok bersenjata.
- Ketegangan di Rafah: Wilayah Rafah, di selatan Gaza yang berbatasan dengan Mesir, menjadi pusat perhatian utama. Meskipun menjadi tempat berlindung bagi lebih dari satu juta pengungsi, Israel telah mengindikasikan niatnya untuk melakukan operasi militer skala besar di sana, menimbulkan kekhawatiran global akan bencana kemanusiaan yang lebih besar.
- Serangan Lintas Batas: Serangan roket dari Gaza ke Israel, meskipun frekuensinya menurun dibandingkan awal konflik, masih terjadi. Israel menanggapi serangan ini dengan serangan udara atau operasi darat.
- Peran Mesir: Mesir memainkan peran kunci dalam negosiasi gencatan senjata dan penyaluran bantuan. Namun, keamanan perbatasan Mesir-Gaza juga menjadi perhatian utama.
3. Upaya Diplomatik dan Gencatan Senjata
Baca Juga: CEK FAKTA: Giveaway Rp 30 Juta dari Aisar Khaled Lewat WhatsApp, Benarkah?
- Negosiasi Buntu: Upaya negosiasi untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera sering kali terhenti karena perbedaan posisi antara pihak-pihak yang berkonflik. Mediator internasional seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat terus berupaya mencari jalan keluar.
- Tekanan Internasional: Ada tekanan internasional yang sangat besar, termasuk dari PBB, Uni Eropa, dan berbagai negara, untuk segera mengakhiri konflik, melindungi warga sipil, dan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
- Keputusan ICJ/ICC: Mahkamah Internasional (ICJ) dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan keputusan dan memulai penyelidikan terkait dugaan kejahatan perang di Gaza, menambah tekanan hukum dan politik terhadap pihak-pihak yang terlibat.
4. Implikasi Regional dan Global
- Ketidakstabilan Regional: Konflik ini telah memperparah ketidakstabilan di Timur Tengah, dengan potensi peningkatan ketegangan di antara aktor-aktor regional lainnya.
- Polarisasi Global: Krisis Gaza telah mempolarisasi opini publik global, memicu protes dan demonstrasi di berbagai negara, serta menyoroti perbedaan pandangan mengenai konflik Israel-Palestina.
Secara keseluruhan, Gaza pada Mei 2025 berada dalam kondisi krisis multidimensional yang parah.
Prioritas utama adalah penghentian permusuhan, masuknya bantuan kemanusiaan dalam skala besar, dan upaya serius untuk mencari solusi politik jangka panjang yang berkelanjutan bagi konflik ini.