Untuk diketahu, Bali Tobacco Control Initiative (BTCI) mencatat perokok dari kalangan remaja di Bali terus bertambah imbas dari masih mudahnya remaja mendapatkan rokok secara eceran di berbagai kios yang ada di Bali.
Pada 2018, prevalensi perokok muda tercatat 9,1 persen atau meningkat dari 2013 yang tercatat hanya 7,2 persen, walaupun menurun di 2023 yang tercatat 7,4 persen, akan tetap tinggi menunjukkan setiap tahun ada perokok baru dari kalangan remaja.
Rata–rata remaja di Bali mulai merokok pada rentang usia 15-19 tahun dengan prosentase 45,92 persen, kemudian di rentang usia 10 tahun-14 tahun sebesar 7,8 persen.
Berdasarkan data tersebut bisa disimpulkan bahwa sebagian anak–anak di Bali sudah mulai merokok ketika duduk di bangku sekolah dasar.
Sedangkan, remaja di Bali juga mulai menggunakan rokok elektrik, hal ini berkontribusi terhadap tingginya penggunaan rokok elektrik di Bali, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, konsumsi rokok elektrik di Bali mencapai 8,5% atau kedua tertinggi setelah Yogyakarta.
Ada sejumlah faktor tingginya konsumsi rokok di kalangan remaja di Bali, yang pertama pengaruh lingkungan dimana remaja tersebut bertumbuh,kemudian iklan rokok yang dikemas sedemikian rupa oleh produsen memberi pengaruh besar terhadap remaja di Bali