Remaja Bali Makin Banyak 'Kecanduan' Rokok Elektrik, Dinkes: Sudah Banyak yang Gunakan

Selasa, 27 Mei 2025 | 15:30 WIB
Remaja Bali Makin Banyak 'Kecanduan' Rokok Elektrik, Dinkes: Sudah Banyak yang Gunakan
Ilustrasi rokok elektrik. Saat ini perokok remaja yang menggunakan rokok elektrik. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan keprihatinan mendalam terhadap fenomena penggunaan rokok elektrik di kalangan remaja.

Rokok jenis ini dinilai kian mudah diakses dan digunakan karena bentuknya yang praktis dan bisa dibawa ke mana saja.

"Kami sangat concern dengan remaja ini. Kami tidak ingin para remaja ini sudah mulai merokok, walaupun mungkin fenomenanya sudah ada," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Gusti Ayu Raka Susanti dalam konferensi pers Indonesia Conference on Tobacco or Health (ICTOH) 2025 yang digelar secara virtual, Selasa 27 Mei 2025.

Ia menyebutkan bahwa tantangan yang paling berat saat ini datang dari penggunaan rokok elektrik.

Dengan penampilan menyerupai pulpen yang bisa dikalungkan dan disimpan di semua tempat, rokok elektrik kini menjadi pilihan banyak remaja.

"Tantangan yang cukup berat saat ini adalah penggunaan rokok elektrik. Itu sangat bisa dikatakan para remaja sudah banyak menggunakan rokok elektrik dengan penampilannya yang seperti pulpen, yang dikalungkan dan bisa (disimpan) di semua tempat," ujarnya.

Ia juga menyoroti adanya anggapan keliru di kalangan pengguna bahwa rokok elektrik tidak mengganggu kesehatan maupun orang di sekitar.

"Mereka berasumsi bahwa dengan menggunakan rokok elektrik ini tidak mengganggu organ sekitar, dengan juga iklan dari penggunaan rokok elektrik tidak mengganggu kesehatan itu," ungkap Raka.

Untuk mengetahui seberapa besar persoalan ini, pihak Dinas Kesehatan Bali melakukan survei terhadap kelompok usia muda.

Baca Juga: Kemasan Polos Ancam Industri Rokok Elektronik, Pengusaha: Kemenkes Perlu Kaji Ulang

Awalnya, survei dilakukan terhadap remaja berusia 12 hingga 18 tahun. Namun kini diperluas hingga usia 21 tahun.

"Kami berupaya melakukan survei dan memang hasilnya bisa dikatakan cukup mengkhawatirkan. Jadi mungkin seharusnya survei dilakukan oleh 70 persen sasaran. Jadi untuk golongan remaja tetapi belum bisa kami maksimalkan," katanya.

Meski demikian, hasil yang sudah diperoleh menunjukkan sinyal bahaya.

Ilustrasi rokok elektrik (Shutterstock).
Ilustrasi rokok elektrik. Pengguna rokok eletrik di Bali terus meningkat terutama di kalangan remaja. (Shutterstock).

"Hasil survei bahwa bisa dikatakan 34 dari umur remaja itu ternyata 2,7 didapatkan bahwa mereka merokok. Jadi itu cukup mengkhawatirkan. Dan kalau misalnya surveinya kita tingkatkan kita perluas lagi tentu akan angkanya juga otomatis meningkat" ucapnya.

Pernyataan ini menegaskan bahwa upaya pencegahan terhadap penggunaan rokok, terutama rokok elektrik, di kalangan anak muda harus menjadi perhatian serius semua pihak.

Rokok elektrik yang tampak lebih 'modern' ternyata menimbulkan tantangan baru dalam pengendalian tembakau.

Untuk diketahu, Bali Tobacco Control Initiative (BTCI) mencatat perokok dari kalangan remaja di Bali terus bertambah imbas dari masih mudahnya remaja mendapatkan rokok secara eceran di berbagai kios yang ada di Bali. 

Pada 2018, prevalensi perokok muda tercatat 9,1 persen atau meningkat dari 2013 yang tercatat hanya 7,2 persen, walaupun menurun di 2023 yang tercatat 7,4 persen, akan tetap tinggi menunjukkan setiap tahun ada perokok baru dari kalangan remaja. 

Rata–rata remaja di Bali mulai merokok pada rentang usia 15-19 tahun dengan prosentase 45,92 persen, kemudian di rentang usia 10 tahun-14 tahun sebesar 7,8 persen.

Berdasarkan data tersebut bisa disimpulkan bahwa sebagian anak–anak di Bali sudah mulai merokok ketika duduk di bangku sekolah dasar. 

Sedangkan, remaja di Bali juga mulai menggunakan rokok elektrik, hal ini berkontribusi terhadap tingginya penggunaan rokok elektrik di Bali, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, konsumsi rokok elektrik di Bali mencapai 8,5% atau kedua tertinggi setelah Yogyakarta. 

Ada sejumlah faktor tingginya konsumsi rokok di kalangan remaja di Bali, yang pertama pengaruh lingkungan dimana remaja tersebut bertumbuh,kemudian iklan rokok yang dikemas sedemikian rupa oleh produsen memberi pengaruh besar terhadap remaja di Bali

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI