suara hijau

Respon Anggota DPR Soal RUPTL 2025-2034: Komitmen Nyata Indonesia Hadapi Perubahan Iklim

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 28 Mei 2025 | 16:47 WIB
Respon Anggota DPR Soal RUPTL 2025-2034: Komitmen Nyata Indonesia Hadapi Perubahan Iklim
ilustrasi energi hijau (pexels/Singam)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peluncuran Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Nasional 2025–2034 oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mendapat sambutan positif dari kalangan legislatif.

Anggota Komisi XII DPR RI, Christiany Eugenia Paruntu, menyebut RUPTL ini sebagai pijakan penting dalam transisi energi nasional. Lebih dari sekadar dokumen perencanaan, RUPTL dinilainya sebagai arah baru menuju sistem energi yang bersih, berkeadilan, dan berkelanjutan.

“RUPTL ini mencerminkan optimisme sekaligus komitmen serius pemerintah dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Ini bukan hanya soal pembangunan pembangkit, tetapi juga menyangkut arah masa depan energi nasional,” ucap Christiany dalam keterangannya. 

Ia menegaskan bahwa RUPTL bukan semata kumpulan angka dan target. Dokumen ini memuat semangat pemerataan dan keadilan.

Prinsip bahwa listrik adalah hak semua warga negara, dari kota besar hingga daerah terpencil, menjadi benang merah yang perlu dijaga dalam implementasinya.

“Transisi energi tidak boleh hanya dinikmati kelompok tertentu. RUPTL ini menunjukkan bahwa pemerintah serius memastikan akses listrik yang merata dari kota besar hingga pelosok desa,” ujarnya.

Ilustrasi petugas memeriksa instalasi kelistrikan. (Antara/HO-PLN)
Ilustrasi petugas memeriksa instalasi kelistrikan. (Antara/HO-PLN)

Christiany juga menekankan pentingnya inklusivitas. Transisi energi, katanya, tidak boleh mengabaikan suara-suara kelompok rentan.

“Transisi energi ke depan harus memperhatikan kelompok marginal dan juga perempuan. Keadilan energi juga berarti membuka akses, kesempatan kerja, dan manfaat yang setara bagi semua warga,” jelas legislator dari Sulawesi Utara tersebut.

Namun demikian, keberlanjutan tidak boleh mengorbankan keterjangkauan. Energi yang bersih tetap harus bisa diakses oleh seluruh rakyat. Tidak boleh mahal. Tidak boleh memberatkan.

Baca Juga: RUPTL 20252034, 76 Persen Pembangkit Baru Berbasis Energi Terbarukan

“Rencana ini harus tetap menjaga keterjangkauan energi. Masyarakat tidak boleh terbebani oleh lonjakan biaya. Energi bersih harus hadir tanpa mengorbankan hak dasar rakyat atas akses yang adil dan terjangkau,” tegas politisi Partai Golkar ini.

Christiany juga mendorong pelibatan aktor-aktor lokal dalam proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT). Pemerintah daerah, pelaku usaha lokal, dan tenaga kerja setempat harus jadi bagian dari perubahan ini. Bukan hanya penonton.

“Kami di Komisi XII DPR RI mendorong agar implementasi RUPTL juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Jangan sampai transisi energi hanya berputar di level pusat,” ucapnya. Ia menambahkan, Komisi XII akan menjalankan fungsi pengawasan secara aktif agar pelaksanaan RUPTL benar-benar berpihak pada masyarakat.

Secara nasional, RUPTL 2025–2034 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 GW. Dari jumlah itu, 76 persen bersumber dari EBT. Sumber-sumber tersebut meliputi tenaga surya (17,1 GW), air (11,7 GW), angin (7,2 GW), panas bumi (5,2 GW), bioenergi (0,9 GW), hingga nuklir (0,5 GW).

Selain itu, pengembangan sistem penyimpanan energi seperti battery storage dan pumped storage turut masuk dalam rencana, dengan target kapasitas 10,3 GW. Ini penting untuk menjaga stabilitas pasokan di tengah fluktuasi sumber EBT.

Pemanfaatan energi baru terbarukan di Pulau Kodingareng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan [Fobiz.id]
Pemanfaatan energi baru terbarukan di Pulau Kodingareng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan [Fobiz.id]

Total kebutuhan investasinya besar: Rp2.967,4 triliun. Mayoritas — sekitar 73 persen — akan digerakkan oleh skema Independent Power Producer (IPP). Sisanya oleh PLN Group.

RUPTL ini juga diharapkan mampu menyerap lebih dari 1,7 juta tenaga kerja baru. Sebanyak 91 persen di antaranya berasal dari sektor pembangkitan berbasis EBT. Peluang ekonomi hijau terbuka lebar.

Dari sisi pemerataan, Program Listrik Desa (Lisdes) menjadi bagian krusial. Program ini akan menjangkau 5.758 desa, dengan penambahan kapasitas listrik sebesar 394 MW dan target melistriki lebih dari 780 ribu rumah tangga.

Rencana ini tak hanya menyasar dekarbonisasi sektor energi. RUPTL juga dirancang untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional, yang ditargetkan menyentuh 8 persen pada 2029. Ekspansi kawasan industri, pusat data, dan ekosistem kendaraan listrik akan ikut ditopang oleh infrastruktur kelistrikan ini.

Bagi Christiany, peluncuran RUPTL ini adalah momentum strategis. Bukan sekadar janji, tapi komitmen konkret. Ia menutup dengan penegasan bahwa hak atas energi bersih harus dirasakan semua lapisan masyarakat, bukan hanya mereka yang punya akses.

“Pelaksanaan RUPTL harus benar-benar membawa dampak positif bagi masyarakat,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI