Itjen Kemenag: Pengawasan Tidak Cukup Hanya untuk Menemukan Kesalahan

Kamis, 29 Mei 2025 | 17:09 WIB
Itjen Kemenag: Pengawasan Tidak Cukup Hanya untuk Menemukan Kesalahan
Inspektur Jenderal Kemenag, Khairunas memperkenalkan arah baru strategi pengawasan internal melalui tagline Pengawasan Berdampak: Solutif, Kolaboratif, dan Berkelanjutan. (Suara.com/Faqih)

Suara.com - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama (Itjen Kemenag) memperkenalkan arah baru strategi pengawasan internal melalui tagline Pengawasan Berdampak: Solutif, Kolaboratif, dan Berkelanjutan.

Hal ini disampaikan Inspektur Jenderal Kemenag, Khairunas, dalam agenda Media Gathering bersama awak media di Jakarta, dikutip Kamis (29/5/2025).

Khairunas menjelaskan, penjabaran Pengawasan Berdampak ini akan berfokus pada tiga pilar utama.

Pertama, Solutif yakni pengawasan dilakukan dengan pendekatan adaptif dan berbasis data untuk meningkatkan akuntabilitas.

Kedua, Kolaboratif berarti menjadikan Inspektorat Jenderal sebagai mitra strategis dalam peningkatan kapasitas organisasi dan pelayanan publik.

Ketiga, berkelanjutan artinya pengawasan yang memberikan kontribusi positif dan transformatif secara konsisten.

"Pengawasan tidak cukup hanya untuk menemukan kesalahan. Ia harus mampu menghadirkan solusi, menjadi mitra strategis, dan mendorong perbaikan yang berkelanjutan. Namun, jika ditemukan pelanggaran serius, kami siap mengambil langkah tegas dan terukur," kata Khairunas.

Pengawasan Berdampak Dukung Sukses Haji 2025

Itjen Kemenag juga berkomitmen untuk melakukan pengawasan berdampak secara konkret dalam pengawasan penyelenggaraan ibadah Haji 1446 H/2025 M.

Baca Juga: Ivan Gunawan Ingin Dipanggil Haji Igun, Kini di Madinah Meski Ramai Berita Visa Furoda Tak Terbit

Salah satu inisiatif utamanya adalah penerapan Immediate Corrective Action terhadap sejumlah temuan layanan yang berpotensi menurunkan kualitas pelayanan jemaah.

"Pengawasan yang kami lakukan bukan hanya bersifat reaktif, tetapi langsung diikuti dengan aksi korektif di lapangan. Kami mendorong agar seluruh penyedia layanan bertanggung jawab penuh dalam memenuhi kontrak dan menjaga kualitas pelayanan," ujarnya.

Dalam hal akomodasi, tim pemantau Itjen Kemenag telah memberikan rekomendasi untuk melakukan penanganan sesegera mungkin atas laporan kamar yang tidak layak huni dan tidak sesuai kontrak, termasuk tidak tersedianya perlengkapan kamar mandi bagi jemaah.

"Cita rasa makanan adalah bagian penting dari kenyamanan jemaah selama berhaji. Karena itu, kami memastikan setiap menu yang disajikan bercita rasa khas Indonesia dan ramah bagi lansia,” jelanya.

“Chef dan bahan masakannya pun kami pastikan berasal dari Indonesia agar jemaah merasa seperti di rumah sendiri, meski sedang berada di tanah suci," katanya menambahkan.

Pada layanan transportasi, lanjutnya, pengawasan yang dilakukan oleh Itjen juga dilakukan untuk memastikan standar layanan transportasi antar kota (Madinah–Makkah) dan bus sholawat agar nyaman, tepat waktu, serta bebas pungutan liar.

"Kami memastikan seluruh moda transportasi baik dari Madinah ke Makkah maupun sebaliknya, serta bus sholawat, berjalan sesuai standar kenyamanan dan ketepatan waktu. Tidak boleh ada pungutan liar dalam bentuk apa pun," ucap Khairunas.

Saat ini, Itjen sedang menginisiasi adanya pembangunan Dashboard Layanan Haji, sebuah sistem pemantauan digital yang dirancang untuk membantu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dalam mengelola pergerakan jemaah, terutama menjelang fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Jemaah haji melakukan tawaf. [MCH 2024/Chandra Iswinarno]
Ilustrasi jemaah haji melakukan tawaf. [MCH 2024/Chandra Iswinarno]

"Dashboard ini adalah langkah awal menuju digitalisasi layanan haji yang lebih efisien dan transparan. Efektivitas layanan ini perlu didukung oleh sistem data yang terintegrasi, akurat, dan selalu diperbarui. Maka saya minta seluruh pihak, baik di tanah air maupun Arab Saudi, untuk memastikan kualitas dan konsistensi data sebagai fondasi utama keberhasilan layanan ini," tandasnya.

Antisipasi Cuaca Ekstrim

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengingatkan jemaah haji Indonesia agar mewaspadai cuaca ekstrem yang melanda Arab Saudi kekinian. Kondisi Arab Saudi kekinian sedang mengalami cuaca panas ekstrem yang mencapi 50 derajat celcius.

"Di sini ditegaskan juga bahwa cuaca sangat ekstrim, suhu di Saudi Arabia dan di Mekah sekarang ini sekitar 50 derajat celcius. Jadi ini satu persoalan tersendiri bagi kita orang Indonesia," kata Nasaruddin dalam konferensi persnya di Kantor Kemenag RI, Jakarta Pusat, Kamis, 29 Mei 2025.

Oleh karena itu, ia mengimbau jemaah haji Indonesia untuk bisa beradaptasi dengan cuaca ekstrem tersebut.

"Kemudian juga dihimbau untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian diri dengan cuaca tersebut. Misalnya seperti yang telah diumumkan oleh panitia terus-menerus agar selalu memelihara cairan tubuh, minum lebih banyak dan memelihara saving energy karena ini kan belum haji, belum hari H-nya," ujarnya.

Dia juga mengimbau jemaah agar tidak memaksakan diri di tengah cuaca panas ekstrem untuk menjalankan ibadah sunah.

"Jangan sampai nanti mengejar sunat, mau arba'in di Madinah, mau memperbanyak umrah di Mekah, tetapi nanti pada hari H-nya haji itu kolaps," katanya.

"Nah kita sudah menghimbau kepada jama'ah kita, saving energy untuk hari H-nya haji itu," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI