Suara.com - Badak merupakan salah satu hewan yang dilindungi. Namun, keberadaan mereka semakin terancam punah akibat perburuan liar.
Cula badak menjadi incaran utama bagi para pemburu liar. Cula tersebut kerap diperdagangkan secara ilegal, dan digunakan sebagai bahan obat tradisional di beberapa negara benua Asia seperti China dan Vietnam.
Untuk menghadapi situasi ini, para ahli konservasi satwa telah mencoba berbagai cara untuk menyelamatkan badak dari ancaman kepunahan akibat perburuan. Salah satunya adalah dengan dehorning atau pemotongan cula badak.
Melansir Euronews, pemotongan cula badak dengan gergaji mesin telah dilakukan selama lebih dari 30 tahun di Afrika. Meskipun terdengar berbahaya, praktik ini dapat menyelamatkan badak dari pemburu liar.
Hal ini terbukti oleh studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Science pada 5 Juni lalu. Studi ini menemukan bahwa pemotongan cula badak telah mengurangi angka perburuan liar sebanyak 78 persen.

Penelitian yang dilakukan selama tujuh tahun ini berfokus pada 11 cagar alam, baik di dalam dan sekitar Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan. Para peneliti kemudian membandingkan delapan cagar yang rutin memotong cula badak dengan tiga cagar lainnya yang tidak.
Selain itu, peneliti juga menganalisis data cagar-cagar tersebut, mulai dari sebelum dan setelah praktik pemotongan cula badak.
Hasil studi menunjukkan bahwa pemotongan cula pada lebih dari 2.000 badak dapat menurunkan angka perburuan liar hingga 78 persen di delapan cagar alam yang melakukan praktik tersebut.
Penulis utama studi sekaligus ilmuwan biodiversitas di Universitas Nelson Mandela Afrika Selatan, Tim Kuiper, menyatakan bahwa temuan mereka membuktikan pemotongan cula badak dapat menurunkan perburuan secara konsisten.
Baca Juga: Tumpah ke Jalanan, Kondisi Terkini Tanggul Koja Jakut usai Jebol Akibat Air Laut Meluap
“Pemotongan cula badak terasa seperti tindakan kejahatan yang harus dilakukan, jika bisa saya katakan demikian. Akan tetapi, praktik ini sangat efektif. Tak diragukan lagi, metode ini telah menyelamatkan ratusan nyawa badak,” kata Kuiper, dikutip dari Euronews.
Pemotongan cula badak tak selalu diterima
Meski dianggap cukup efektif, pemotongan cula badak tak langsung diterima secara luas. Praktik yang telah dilakukan sejak tahun 1989 ini sering kali menuai kontroversi.
Beberapa aktivis hak hewan menentang penerapan ini. Bahkan, ahli konservasi pun mempertanyakan dampaknya terhadap kesejahteraan dan masa depan badak itu sendiri.
Peneliti badak di Afrika Selatan yang tidak terlibat dalam studi ini, Vanessa Duthe, mengatakan bahwa cula badak digunakan untuk mempertahankan diri dari predator, berkelahi, dan pada badak hitam digunakan untuk membantu mencari makanan.
Ada pula bukti bahwa badak yang sudah dipotong culanya cenderung menyesuaikan pergerakannya untuk hidup di wilayah yang lebih kecil.
Menurut Duthe, para ahli konservasi belum sepenuhnya mengetahui dampak dari pemotongan cula badak. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa pemotongan cula tidak berdampak negatif terhadap tingkat kelahiran maupun kematian badak.
“Yang kita ketahui sejauh ini adalah manfaat dari pemotongan cula badak jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak ekologis yang diketahui saat ini,” ungkap Duthe.
Ia menambahkan bahwa proses pemotongan cula saat ini hanya memakan waktu sekitar 10 menit. Selama proses berlangsung, badak akan dibius serta diberi penutup mata dan telinga agar tidak mengalami stres.
Tak hanya itu, proses ini juga memberikan kesempatan untuk penanaman mikrocip pada badak dan pengambilan sampel untuk keperluan penelitian.
Bukan solusi utama
Para ahli konservasi sepakat bahwa pemotongan cula badak bukanlah solusi utama untuk menghentikan perburuan liar.
Kuiper menyatakan bahwa pemotongan cula hanya menjadi solusi jangka pendek hingga menengah.
Untuk mewujudkan upaya perlindungan yang maksimal, diperlukan penegakan hukum yang lebih tegas serta dukungan nyata bagi para penjaga hutan yang bertugas di garis terdepan.
Faktanya, meskipun Afrika Selatan telah berperan besar dalam menyelamatkan badak dari ancaman kepunahan, masih ada lebih dari 400 ekor badak yang dibunuh setiap tahunnya oleh pemburu liar.
Penulis: Kayla Riasya Salsabila