Sementara, PDIP juga punya hitungan yang tepat mengenai jumlah kursi kabinet yang setara dengan risikonya bila bergabung dengan pemerintah.
"Karena kalau nggak pas takarannya ya rugi juga. Mereka sudah mengorbankan basis massa tadi yang 17-18 persen, dengan kursi (menteri) yang tidak seberapa kan. Nah, ini makanya Pak Prabowo juga pusing," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menilai bahwa pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno tidak mesti dikaitkan dengan gabungnya PDIP di kabinet.

Diketahui, PDIP dinilai bisa bergabung di pemerintahan menyusul terealisasinya rencana pertemuan Prabowo dan Megawati.
Sementara itu, menurut Ketua OKK DPP Partai Gerindra ini, pembicaraan antara Prabowo dan Megawati juga bukan mengenai hal tersebut.
Namun detail apa yang dibicarakan Prabowo dan Megawati, Prasetyo mengaku tidak tahu. Sebab, pembicaraan keduanya dilakukam secara empat mata.
"Tapi rasa-rasanya bukan perkara itu, tidak harus juga semua gabung pemerintahan, meskipun dalam kapasitas beliau pribadi sebagai pengarah BRIN, PDIP. Jadi tidak ada masalah," kata Prasetyo kepada wartawan, Kamis 17 April 2025.
Selain itu, keakraban Prabowo dengan Megawati kembali terlihat saat keduanya berjalan beriringan saat Peringatan Hari Pancasila.
Namun, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menilai bahwa terlalu jauh apabila pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP Megawati Seokarnoputri dikaitan dengan peluang PDIP masuk ke koalisi pemerintahan.
Baca Juga: Kian Mesra, Siti Zuhro: Hubungan Prabowo-Megawati Bisa Redam Pengaruh Politik Jokowi
Prabowo dan Megawati diketahui bertemu dalam acara Upcara Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Kemenlu, Jakarta Pusat, Senin 2 Juni 2025.
"Ya saya rasa belum ya, belum ada pembicaraan apa-apa, dan lagi ya saya rasa terlalu jauh dikait-kaitkan dengan hari lahir Pancasila, kemudian dikaitkan dengan koalisi begitu," kata Dasco di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 4 Juni 2025.