Tak sedikit pula netizen yang meminta agar pihak berwenang segera turun tangan menyelidiki sumber pencemaran tersebut.
Beberapa di antaranya menilai bahwa fenomena ini bukan hal sepele dan harus diusut tuntas.
"Harus diusut nih. Kalau enggak diselidiki, bisa-bisa ini cuma jadi tontonan viral doang tanpa ada solusi," ujar seorang warganet.
"Fix ini kerjaan limbah pabrik. Pemerintah harus tegas, jangan tutup mata," timpal komentar lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta atau instansi terkait lainnya.
Sejauh ini, belum diketahui apakah busa yang muncul tersebut berasal dari limbah deterjen, bahan kimia dari industri, atau fenomena alami akibat reaksi biologis tertentu.
Pihak kelurahan Marunda maupun kecamatan Cilincing juga belum memberikan tanggapan terkait kejadian ini.
Namun melihat antusiasme publik di media sosial, diharapkan dalam waktu dekat pemerintah daerah dapat mengambil langkah investigasi dan mitigasi.

Fenomena busa di aliran air sebenarnya bukan hal yang asing di sejumlah daerah di Indonesia.
Beberapa kasus serupa pernah terjadi di sungai-sungai besar seperti Sungai Brantas di Jawa Timur atau Sungai Citarum di Jawa Barat, yang umumnya terkait dengan pencemaran akibat limbah industri yang dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Kejadian di Kanal Banjir Timur ini memperlihatkan bahwa persoalan limbah dan pencemaran lingkungan masih menjadi tantangan serius di tengah urbanisasi dan aktivitas industri yang terus berkembang di ibu kota.
Jika tidak ditangani dengan serius, dampaknya bisa berlarut-larut dan merugikan banyak pihak, termasuk masyarakat sekitar.