Ia juga mengeluhkan sikap para sopir yang dianggap tidak ramah dan kurang komunikatif.
![Penumpang duduk di dalam angkutan Mikrotrans Jak Lingko di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Jumat (3/7/2020). [ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/07/03/84371-mikrotrans.jpg)
"Pernah nanya sama sopir, tapi diem aja dianya," tambahnya.
Di media sosial, keluhan serupa bertebaran. Banyak warganet menyayangkan perilaku sopir Mikrotrans yang tidak berhenti di titik pemberhentian resmi, bahkan saat jumlah penumpang dalam angkot tergolong sedikit.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memastikan bakal memperluas layanan angkutan kota (angkot) Mikrotrans milik JakLingko ke wilayah penyangga Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek).
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap antusiasme tinggi masyarakat luar Jakarta pengoperasian layanan Transjabodetabek.
Nantinya, Mikrotrans di daerah penyangga ini tetap beroperasi di bawah naungan sistem JakLingko dengan tarif Rp0 alias gratis.
Pramono mengatakan, pihaknya telah membuka komunikasi dengan sejumlah kepala daerah penyangga untuk rencana ekspansi layanan ini.
Dalam kesempatan itu, Pramono juga menyinggung banyaknya permintaan masyarakat terhadap rute-rute baru Transjabodetabek yang disampaikan melalui media sosial.
Ia bahkan menyebut ada usulan nyeleneh yang meminta Transjakarta beroperasi lintas provinsi.
Baca Juga: Pramono Janji Pecat Sopir Jaklingko Ugal-ugalan: Kemarin Keluhan Nunggu Lama, Sekarang Nggak
Hal ini disebutnya sebagai bentuk ekspresi masyarakat yang antusias terhadap hadirnya transportasi publik murah dari Jakarta ke luar kota.
Biaya penggunaan angkutan umum masyarakat jadi turun dengan adanya Transjabodetabek.
Sebelumnya pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai kehadiran layanan Transjabodetabek rute Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 membawa dampak positif bagi kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah.
Menurutnya, angkutan umum tersebut memberi kesempatan lebih luas bagi masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses untuk menikmati kawasan PIK 2.
Sebab, kebanyakan pengunjung PIK 2 menggunakan kendaraan pribadi dan harus menempuh Jarak yang jauh.
Djoko menyebut bahwa kawasan PIK 2 kini bukan lagi destinasi eksklusif. Karena tersedianya angkutan umum, masyarakat dari berbagai latar belakang ekonomi bisa mengakses kawasan tersebut dengan lebih mudah, termasuk pekerja dan keluarga yang ingin menikmati fasilitas pantai di sana.